BAB I
PENDAHULUAN
1,1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sudah semakin maju dan berkembang dengan pesat sehingga menimbulkan
persaingan yang ketat. Secara otomatis ada tuntutan agar selalu berkreatifitas
dan terus mengikuti perkembangan tersebut, dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memadai. Manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada
disekelilingnya, hingga menjadi sesuatu yang layak pakai dan memiliki guna
serta nilai jual yang tinggi. Oleh karena itu, perlu diadakannya kuliah
praktikum sebagai tindak lanjut dari teori yang telah diberikan sebelumnya. Proses produksi juga merupakan ilmu
yang mempelajari tentang cara pembuatan produk. Aplikasi teori praktikum proses
produksi juga merupakan suatu mata kuliah pada semester 2 di jurusan Teknik
Mesin, yang mempelajari berbagai mekanisasi, yang meliputi Pengenalan Alat
Bantu, Kerja Plat, dan Penyambungan Logam. Hal tersebut sangatlah penting untuk
tidak sekedar diketahui, namun harus di aplikasikan. Melalui sebuah praktikum,
maka dapat diketahui, dipelajari dan dianalisa berbagai proses produksi, yang
kemudian dapat menjadi suatu dasar atau pedoman dalam menciptakan suatu desain
ataupun suatu produk dengan mengaplikasikan sistem mekanisasi tersebut. Proses Produksi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu proses
transformasi atau konveksi dari material atau bahan baku (baik logam maupun non
logam) menjadi suatu produk setengah jadi atau pun produk jadi yang lebih
berguna dengan memakai mesin-mesin perkakas atau peralatan tertentu dengan menggunakan
metode yang sesuai. Pada proses pembuatan suatu benda kerja sangatlah
dibutuhkan proses pengerjaan dengan mesin, dimana akan diperoleh benda kerja
yang bermutu baik dan memperolehnya dalam jumlah yang banyak serta waktu kerja
yang relatif singkat dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan
masalah pada laporan akhir ini menjelaskan tentang tata cara bekerja dengan
baik, cara proses kerja yang baik dan benar. Perumusan masalah pada laporan
akhir ini menjelaskan tentang bagaimana cara proses pengelasan yang baik dan
benar.
Berdasarkan
latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka permasalahannya adalah
a.
Masih
kurangnya pengetahuan seorang teknik mesin dalam permesinan.
b.
Bagaimana
seorang teknin mesin memahami tentang proses produksi.
1.3
Batasan
Masalah
Penulisan
hanya membatasi masalah pada proses Penyambungan benda secara permanen dengan
menggunakan mesin Las listrik, Las asitilyn, las Brazing dan proses kerja
Pengelasan.
1.4 Tujuan
Penulisan
Secara garis besar tujuan diadakanya Praktikum Proses
Produksi ini, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dapat
mengaplikasikan teori yang mempelajari tentang proses produksi, khususnya
Pengenalan Alat Bantu, Kerja Plat, dan Penyambungan Logam.
2. Dapat
mengetahui dan menganalisa system kerja dari Pengenalan Alat Bantu, Kerja Plat,
dan Penyambungan Logam.
3. Diharapkan
mahasiswa mengerti tentang proses produksi dan semua hal yang berhubungan
dengan proses produksi serta dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dapat
menciptakan lapangan pekerjaan, tentunya dapat menerapkan ilmu yang didapat
dari bangku perkuliahan secara terpadu dan terperinci, sehingga berguna bagi
perkembangan industri di Indonesia.
1.5
Metode
Penulisan
Metode yang di pakai dalam penulisan laporan ini adalah :
1. Studi Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,
baik berupa buku maupun informasi di internet.
2. Studi
Lapangan
Penulis mengamati
dan mengambil data yang telah dilakukan di laboratorium teknik mesin dasar pada
saat kegiatan praktikum.
3.
Metode Gabungan
4. Yaitu
penulisan menggunakan kedua metode tersebut di atas dalam penyusunan laporan
akhir.
1.6
Sisitematika
Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan
yang digunakan pada penyusunan laporan akhir ini :
BAB I
PENDAHULUAN
Berisi
mengenai latar belakang, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan,
yang berasal dari proses praktikum dan analisa tersebut.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi
teori tentang penjelasan Pengenalan Alat Bantu, Kerja Plat dan Penyambungan
Logam, yang diambil dari modul proses produksi dan buku tentang proses
produksi. Guna menjelaskan tentang definisi-definisi teori tersebut.
BAB III PROSES KERJA
Bab
ini berisi tentang proses kerja pembuatan produk, yaitu produk yang di buat
adalah penyambungan plat besi, memberitahu alat-alat apa saja yang digunakan
untuk proses produksi tesebut, dan menjelaskan cara-cara proses pembuatannya
dari awal sampai akhir.
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan
dan saran, kesimpulan data tersebut diperoleh dari proses selama praktikum di
laboratorium, sedangkan saran diperoleh dari praktikan itu sendiri yang
diberikan kepada asisten yang bersifat membangun untuk kemajuan Laboratorium
Teknik Mesin Dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Las Listrik
2.1.1
Pengertian Las listrik
Las listrik busur umumnya disebut las listrik
adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur
listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada abagian
yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang
menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan mermbat terus sampai
habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian
membeku dan tersambung lah kedua logam.
Pada
las listrik, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik
yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi
sambungan las. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu
dapat mencapai 5500°C
2.1.1
Bagian-bagian las listrik
1.
Kabel las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan
dibungkus dengan karet isolasi. Yang disebut kabel las ada tiga macam, yaitu :
a. kabel elektroda,
yaitu kabel yang menghubungkan
pesawat las dengan elektroda.
b. kabel masa,
yaitu kabel yang
menghubungkan pesawat las dengan benda kerja.
c. Kabel tenaga,
yaitu kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan
listrik dengan pesawat las
.
Gambar 2.1 kabel elektroda
2. Pemegang elektroda
Ujung yang berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang
elektroda. Ini terdiri dari mulut penjepit dan pemegang yang di bungkus oleh
bahan penyekat ( biasanya dari embonit ).
Gambar 2.2 pemegang elektroda
3. Klem masa
Ini adalah alat untuk menghubungkan kabel masa ke benda kerja.
Terbuat dari bahan yang menghatarkan listrik yang baik ( tembaga ). klem masa
dilengkapi dengan pegas yang kuat, yang dapat menjepit benda kerja dengan baik.
Tempat yang dijpeit dijepit harus bersih dari kotoran.
Gambar 2.3 klem massa
4. Elektroda
Elektroda yang dipergunakan pada las busur listrik mempunyai
perbedaan komposisi selaput maupun kawat inti. Diantaranya adalah elektroda
berselaput. Pada elektroda ini pengelsan fluksi pada kawat inti dapat denga
cara destruksi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5
sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450mm.
Gambar 2.4 Elektroda
5. Palu las
Palu ini digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las
pada jalur las dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.
Gambar
2.5 Palu
6. Sikat kawat
Sikat ini berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan di
las dan juga untuk membersihkan kerak las yang sudah dilepaskan jalur oleh
pukulan palu las.
Gambar
2.6 Sikat kawat
7. Penjepit
Digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang
masih panas sehabis pengelasan.
Gambar 2.7 Tang Penjepit
2.1.2
Jenis-jenis las listrik
1. Pesawat las arus Bolak-Balik (AC)
Pesawat jenis ini terdiri dari transformator yang dihubungkan
dengan jala PLN atau dengan pembangkit tenaga listrik, motpr diesel, atau motor
bensin. Kapasitas trafo biasanya 200 sampai 500 ampere. Sedangkan voltase
(tegangan) yang keluar dari peswat trafo ini antara 36 sampai 70 volt.
2.
Pesawat Las arus searah (DC)
Pesawat ini dapaat berupa
pesawat transformator rectifier, pembangkit listrik motor diesel atau motor
bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakan oleh motor listrik (
motor generator ).
3.
Pesawat las AC-DC
Pesawat ini merpakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik
dan arus searah. Denga pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya
karen arus yang keluar dapat searah maupun bolak-balik (AC-DC).
2.1.3
Menentukan besarnya arus listrik
Besar arus dengan tegangan
listrik yang digunakan dalam pengelsan harus diatur sesuai kebutuhan. Daya yang
dibutuhkan untuk pengelasan tergantung dari besarnya arus dan tegangan listrik
yang digunakan. Tidak ada aturan pasti besar tegangan listrik pada mesin las
yang digunakan. Hal ini berhubungan dengan keselamatan kerja operator las tubuh
manusia tidak akan mampu menahan arul listrik dengan teganagn tinggi.
Tegangan
listrik yang digunkan pada mesin las (tegangan pada ujung terminal) berkisar 55
volt sampai 85 volt. Tegangan ini disebut tegagngan pembakaran. Bila nyala
busur listrik sudah terjadi maka tegangan turun menjadi 20 volt sampai 40 volt.
Tegangan ini disebut dengan tegangan kerja. Besar kecilnya tegangan kerja yang
terjadi tergantung dari besar kecilnya diameter elektroda.
2.1.4
Pengaruh arus listrik pada hasil las
·
Bila arus rendah ( kecil ), akan menyebabkan:
1. penyalaan busur listrik
sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil.
2. Terlalu banyak tumpukan logam
las karena panas yang terjadi tidak mampu melebihkan elektroda
dan bahan bakar dengan baik.
3. Penembusan kurang baik.
4. Pinggiran-pinggiran
dingin.
5. Pengurangan kecepatan
pengelasan.
6. Rigi las sempit dan
menggembung.
·
Bila arus las terlalu besar, akan menyebabkan:
1. kemungkinan terjadi tarikan tinggi.
2. Percikan sangat banyak.
3. Elektroda las panas kemerahan.
4. Penutupan terak tidak cukup dan tampilan ragi
las buruk.
5. Kemungkinan terjadi lubang cacing dan ertak
tinggi.
6. Daerah las rapuh akibat panas berlebih.
2.1.5
Pengaruh
kecepatan elektroda pada hasil las
Untuk menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus, kecepatan tangan
menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil. Apabila elektroda
di gerakan :
1.
tepat dan
stabil, menghasilkan daerah perpaduan dengan bahan dasar dan perembesan luasnya
baik.
2.
Terlalu
cepat, menghasilkan perembesan las yang dangkal karena pemanasan bahan bakar
dasar
3.
Terlalu
lambat, menghasilkan alur yang lebar. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila
bahan dasar yang dilas tipis.
2.1.6
Keuntungan
dan kerugian las listrik
a.
Keuntungan las listrik
1. Pertemuan
baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan
lebih kokoh (lebih sempurna).
2. Konstruksi
sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
3. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
4. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi,
sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.
5. Pengerjaan
konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubang-lubang pada baut, tak
perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
6. Luas
penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya
utuh
b.
Kekurangan las listrik
1. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas
pengelasan. Jika pengelasannya baik maka
kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika
pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak
baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las
cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya
bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit
bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat
seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan
menggunakan sambungan las.
2. Konstruksi sambungan tak dapat
dibongkar-pasang.
2.1.7
Jenis-jenis
sambungan las listrik
Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk
menyatukan dua bagian benda logam, seperti dapat dilihat dalam berikut:
Keterangan :
a. sambungan tumpu (butt joint);
kedua bagian benda yang akan disambung
diletakkan pada bidang datar yang sama dan
disambung pada kedua ujungnya.
b. sambungan sudut (corner
joint); kedua bagian benda yang akan
disambung membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut.
c. sambungan tumpang (lap joint);
bagian benda yang akan disambung
saling menumpang (overlapping) satu sama
lainnya.
d. sambungan T (tee joint);
satu bagian diletakkan tegak lurus pada
bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik.
e. sambungan tekuk (edge joint);
sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian
yang akan disambung sejajar, dan
sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut.
2.1.8
Jenis-jenis
pengelasan
Setiap jenis sambungan yang disebutkan di atas dapat dibuat dengan
pengelasan. Proses penyambungan yang lain dapat juga digunakan, tetapi pengelasan merupakan metode penyambungan
yang paling universal. Berdasarkan geometrinya, las-an dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Las
jalur (fillet weld),
digunakan untuk mengisi tepi pelat pada
sambungan sudut, sambungan tumpang, dan
sambungan T dalam gambar berikut, logam pengisi digunakan untuk menyambung sisi
melintang bagian yang membentuk segitiga siku-siku.
Gambar 2.9 Beberapa bentuk las jalur
2. Las alur (groove welds),
Ujung bagian yang akan disambung dibuat alur dalam bentuk persegi, serong (bevel),
V, U, dan J pada sisi tunggal atau ganda, seperti dapat dilihat dalam gambar di
bawah, pengisi digunakan untuk mengisi
sambungan, yang biasanya dilakukan dengan pengelasan busur dan pengelasan gas.
Gambar 2.10 Beberapa bentuk las alur
3. Las sumbat dan las slot (plug and slot welds),
Digunakan untuk menyambung pelat datar
seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, dengan membuat satu lubang atau
lebih atau slot pada bagian pelat yang diletakkan paling atas, dan kemudian
mengisi lubang tersebut dengan logam pengisi sehingga kedua bagian pelat
melumer menjadi satu.
Gambar 2.11 (a) Las sumbat dan
(b) las slot
4. Las titik dan las kampuh (spot and seam
welds),
Digunakan untuk sambungan tumpang seperti dapat dilihat dalam
gambar di bawah. Las-an titik adalah manik las yang kecil antara permukaan
lembaran atau pelat. Las-an titik diperoleh dari hasil pengelasan resistansi
listrik. Las-an kampuh hampir sama dengan las-an titik, tetapi las-an kampuh
lebih kontinu dibandingkan dengan las-an titik.
Gambar 2.12 (a) Las-an titik dan (b) las-an kampuh
5. Las lekuk dan las-an rata (flange and
surfacing welds),
Las-an lekuk dibuat pada ujung
dua atau lebih bagian yang akan disambung, biasanya merupakan lembaran logam
atau pelat tipis, paling sedikit satu bagian ditekuk. Las-an datar tidak digunakan untuk menyambung
bagian benda, tetapi merupakan lapisan
penyakang (ganjal) logam pada permukaan bagian dasar.
Gambar 2.13 (a) Las-an lekuk dan (b) las-an rata
2.2
Las
Oxy Asetilin
2.2.1.
Pengertian
las asetilin
Las gas/karbit adalah proses
penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas asetilein (C2H2)
sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar
gas dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu
sekitar 3.500°C yang dapat mecairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai
bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilin, propana atau hidrogen. Ketiga
bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adlah gas asetilin, sehingga las
gas pada umunya diartikan sebagai las oksi-asetilin.
Gas
asetilin diproduksi melalui reaksi antara kalsium karbit ( CaC2 )
dengan air ( H2O).
CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2
+ C2H2
Memproduksi gas asetilin utuk keperluan pribadi dengan
mencampurkan kalsium karbit dengan air tidak disarankan. Gas asetilin dapat
bocor dari tabung produksi dan menyebabkan ledakan jika tersulut api. Cara yang
lebih disarankan ada membeli gas asetilen dalam tabung logam.
2.2.2.
Bagian-Bagian Las Asetilin
1. Tabung gas
asetilin dan tabung oksigen
Tabung gas
asetilin terbuat dari baja yang berisi gas asetilin yang telah dimanfaatkan
dengan volume 40 liter dan tekanan hingga 15 bar. Tabung oksigen juga terbuat
dari baja yang berisi gas oksigen yang telah dimanfaatkan dengan tekanan gas
sampai 151 bar . diatas tabung oksigen dipasang sebuah keran yang dilengkapi
dengan sumbat pengaman. Bila tekanan gas dalam tabung naik karena pengaruh
panas, maka sumbat akan pecah dan gas kelebihan akan keluar. Gas oksigen yang
dapat diisikan pada tabung tersebut sebanyak 74,5 m3 dengan kadar
gas oksigen murni 99,5%.
Gambar 2.14 Tabung Gas Asetilin dan Oksigen
1. Generator
Gas asetilin
dapat dibuat secara sederhana dengan cara mancampur karbit ditambah air dengan
rumus kimia:
CaC2 + 2H2O → C2H2
+ Ca ( OH ) + kalor
Pencampuran ini dilakukan dalam sebuah
tabung yang disebut generator asitilin. Bagian-bagian utama dari generator
asetilin adalah ruang karbit dan dapur gas, ruang air, ruang gas asetilin,
kunci air, alat pembersih, alat pengaman bila kelebihan gas.
2.
Regulator
Berfungsi
untuk mengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap besarnya. Pada
regulator terdapat dua manometer yaitu manometer tekanan isi dan manometer
tekanan kerja. Yang dimaksud tekanan isi adalah tekanan gas yang berada dalam
botol. Sedangkan yang dimaksud tekanan kerja adalah tekanan yang dibutuhkan
pada waktu melakukan pekerjaan las.
Gambar
2.15 Regulator
3. Pembakaran ( Torch
)
Fungsi pembakaran
pada las asetilin adalah untuk mancampur oksigen dan gas asetilin yang jumlah
isinya hampir sama. Pada pembakaran dapat dipasang berbagai ujung pembakar,
untuk memperoleh nyala api yang sesuai dengan tebal benda kerja yang akan di
las atau di potong. Pembakaran berhubungan dengan dua yaitu selagn untuk gas
asetilin dan selang untuk gas oksigen. Ruang pencampuran dan keran pengisi
berfungsi untuk mengatur banyaknya oksigen dan asetilin yang digunakan.
Gambar
2.16 Torch
3.
Selang
Berfungsi
untuk menyalurkan gas dari botol gas atau regulator ke pembakar. Selang ini
harus tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak kaku. Selang gas biasanya
bewarna hitam atau hijau. Pada ujung-ujung selang terdapat pula mur pengatur
dengan ulir kiri. Fungsi mur pengatur pada kedua selang tersebut adlah unutk mengikat
regulator dan mengikat pembakar.
Gambar
2.17 Selang
4.
Katup tabung
Katup ini ditempatkan
tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas oksigen, katup biasanya dibuat
dari material kuningan, sedangkan untuk katup tabung gas asetilin terbuat dari
material baja.
Gambar
2.18 Katup tabung
5.
Pematik api las
Alat yang
berfunsi untuk menyalakan api las setiap kali akan di hidupkan karena jenis las
ini tidak terdapat pematik otomatos seperti las brazing.
Gambar
2.19 Pematik Api Las
2.2.3.
Teknik
pengelasan las karbid
Dalam las karbid ada dua teknik pengelasan yang biasas
di pakai yaitu
dengan
arah maju atau arah mundur.
1. Teknik pengelasan maju
Pada pengelasan maju, bahan tambah mendahului brander. Pelelehan
cendrung dibagian permukaan, sehingga dampak bakar ( penetrasi ) tidak
mendalam. Adanya pemanasan pendahuluan mengakibatkan daerah panas menjadi lebih
luas sehingga dapat menimbulkan tegangan panas yang tinggi. Logam yang dilas
selama proses pendinginan tidak terlindungi, sehingga jalur sambungan las yang
sempurna sukar diperoleh. Keuntungan pada teknik pengelasan maju adalah
penggunaan gas yang efesien karena adanya panas pendahuluan.
2. Teknik pengelasan mundur
Teknik pengelasan kebelakang ( mundur ) brander las
mendahului bahan tambahan. Brander di tuntun lurus bergerak mundur, sedangkan
bahan tambahan diselamkan dalam kampuh las sambil mengaduk-aduk ( berbentuk
spiral ). dampak bakar ( penetrasi ) yang tidak cukup dalam dan logam lasan
selama proses pendinginan mendapat perlindungan oleh gas karbid yang belum
terbakar. Sehingga untuk mendapatkan hasil las yang sempurna lebih mudah
dibandingkan daerah pengelasan maju. Daerah panas lebih sempit sehingga
penyusutan dan timbulnya tegangan panas relatif kecil. Kekurangan dalam
pengelasan mundur ini adalah tidak adanya pemanasan pendahuluan sehingga
pengguana gas karbid menjadi lebih banyak.
2.2.4.
Macam-macam nyala api las asitilin
Pada las asitilin, nyala api
memiliki nyala apai yang berbeda. Pada las asitilin memiliki 3 macam nyala api,
yaitu nyala oksidasi, nyala netral dan nyala karburasi.
1. Nyala oksidasi
Nyala oksidasi
adalah apabila terdapat kelebihan gas oksigen. Nyalanya mirip dengan nyala
netral hanya kerucut nyala bagian dalam lebih pendek dan selubung luar lebih
jelas warnanya. Nyala oksidasi digunakan untuk pengelasan kuningan dan
perunggu.
Gambar
2.20 Nyala Oksidasi
2. Nyala netral
Nyala netral ini
terjadi pada saat kita membuka gas oksigen dan asetilin dengan perbandingan
kira-kira 1:1. nyala netral digunakan untuk mengelas baja, besi cor, baja tahan
karat dan tembaga.
Gambar
2.21 Nyala Netral
3. Nyala karburasi
Nyala karburasi
terjadi apabila terdapat kelebihan asetilin dan pada nyala akan dijumpai tiga
daerah dimana antara kerucut nyala dan selubung luar akan terapat kerucut
antara yang berwarna keputih-putihan. Nyala karburasi digunakan untuk
pengelasan logam, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan
pengerasan permukaan nonferus.
Gambar
2.22 Nyala Karburasi
2.2.5.
Cacat-cacat pada las asetilin
Dengan
kondisi pengelasan yang benar, teknik dan material sesuai standar, akan
menghasilkan pengelasn yang sangat berkualitas. Tetapi seperti pada proses
pengelasan yang lain, cacat las dapat terjadi. Cacat yang sering terjadi pada
proses pengelasan oksi-asitilin antara lain yaitu penetrasi yang kurang
sempuna, fusi yang kurang sempurna, undercutting, porosity, dan crack.
1. Penetrasi yang kurang sempurna
Jenis
cacat ini dapat terjadi karena ketika melakukan pengelasan tidak melakukan
penetrasi ke seluruh ketebalan dari logam dasar ( base metal ). ketika
dua weld bead yang berhadapan tidak melakukan inter-penetrasi.
2. Kurangnya peleburan
Cacat
las ini terjadi karena kurang atau tidak terjadi peleburan diantara logam las
dan permukaan dari base metal. Biasanya diakibatkan oleh kecepatan pengelasan
terlalu lambat. Terkadang juga diakibatkan pengaturan tekanan gas yang rendah.
3. Undercutting
Cacat
las ini diakibatkan oleh penggunaan parameter tekanan gas yang kurang tepat,
khusus nya kecepatan pengelasan dan tekanan gas yang tidak sesuai. Kecepatan
pengelasan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan undercutting terjadi. Dengan mengurangi kecepatan pengelasan akan
dapat mengurangi besarnya undercutting bahkan menghilangkannya.
4. Porosity
Porosity
adalah lubang yang diakibatkan oleh gelmbung gas yang telah membeku. Penyebab
utama dari porosity adalah kontaminasi atmosfir, oksidasi yang tinggi pada
permukaan benda kerja.
5. Crack
Retak
merupakan putusnya benda kerja akibat tegangan. Retakan sering terjadi pada
lasan maupun bagian benda kerja yang dekat dengan lasan. Retakan yang sering
terjadi berupa retakan yang sangat sempit, walaupun tidak menutup kemungkinan
terjadi retakan yang luas.
6. Pin hole
Trdapat berlubang jika dilihat menggunakan alat bantu penetran
dan leak test untuk mengetahui seberapa besar terjadinya pin hole pada benda
kerja.
7. Oksidasi
Yaitu terperangkapnya oksigen-oksigen pada daerah permukaan
benda kerja diakrenakan pada saat sebelum melakukan pengelasan tidak memanaskan
benda kerja terlebih dahuku, sehingga oksigen yang terperangkap mengganggu
proses pendifusian.
2.3 Las
Brazing
2.3.1.
Pengertian las Brazing
Brazing adalah
penyambungan dua buah logam atau lebih, baik itu logam sejenis maupun tidak
sejenis dengan menggunakan bahan tambah yang titik cairnya jauh lebih rendah
dibanding dengan titik cair logam yang akan disambung dengan menggunakan
temperatur yang rendah. Brazing dapat
pula disebut soldering.Welding adalah
penyambungan dua buah logam atau lebih baik itu logam sejenis maupun yang tidak
sejenis dengan menggunakan alat pemanas yang temperaturnya sangat tinggi
sehingga dapat mencairkan kedua logam tersebut dan dapat menyatukan kedua logam
tersebut.
Perlengkapan
untuk brasing maupun untuk welding pada dasarnya sama, hanya berbeda pada
proses pengerjaannya saja, karena yang banyak dihadapi dalam pekerjaan mesin
pendingin adalah pekerjaan brazing
maka untuk kesempatan ini kita mencoba membahas bagaimana cara-cara melakukan
proses brazing tersebut. Dimana cara
penyambungan pipa dengan sistem brazing
ini akan relatif lebih murah jika dibandingkan dengan sistem flaring, terlebih jika pipa yang akan
dikerjakan/disambung berdiameter di atas ¾ “, dimana untuk ukuran ini system
flaring sudah tidak praktis lagi untuk digunakan. Pada umumnya sumber panas
yang digunakan untuk brasing maupun welding
adalah sama yang berasal dari hasil pembakaran bahan campuran Oksigen –
Asetilin (Oxigen-acetylene) yang
dikemas dalam tabung yang berbeda.
2.3.2.
Keuntungan dan kerugian las
brazing
·
Keuntungan proses las breazing
antara lain :
1. Temperatur
rendah pada brazing dan brass-welding sehingga kemungkinan terjadi distorsi
pada benda kerja sangat kecil.
2. Hubungan
temperatur yang rendah dengan brazing dapat menigkatkan kecepatan penyambungan
sehingga mengurangi pemakaian bahan bakar gas. Brazing lebih mudah untuk
dipelajari bagi pemula dibanding pengelasan.
3. Dam hal
ini, jika benda kerjanya tipis, maka dengan brazing akan lebih mudah karena
tidak mudah terjadi karena korosi karena panas.
4. Metode
brazing merupakan suatu teknik yang efektif dan murah untuk produksi masal.
Komponen dapat dirakit dengan plug material pengisi yang diposisikan pada
sambungan dan kemudian dipanaskan didalam suatu tungku perapian atau melewati
pemansan stadium perakitan.
·
Kerugian proses las brazing
antara lain:
1. Kekuatan
sambungan lemah, kecuali diperkuat dengan sambungan-sambungan mekanik.
2. Sambungan
memiliki kemungkinan menjadi lemah atau cair apabila diaplikasikan pada
temperatur yang tinggi.
2.3.3.
Brazing filler metal
Karakteristik
logam pengisi harus memiliki sifat berikut :
1. Kemampuan untuk membentuk
sambungan brazing dengan sifat mekanik dan fisik yang cocok untuk aplikasi
layanan yang dimaksudkan.
2. Rentang titik lebur atau leleh
sesuai dengan logam dasar yang bergabung, dan fluiditas cukup pada suhu brazing
mengalir dan mendistribusikan ke dalam joint tepat disiapkan oleh kapiler.
3. Komposisi homogenitas dan
stabilitas yang cukup untuk meminimalkan pemisahan konstituen (liquation) selama brazing.
4. Kemampuan untuk permukaan basah
logam dasar dan membentuk kuat ikatan tergantung pada kebutuhan, kemampuan
untuk memproduksi atau menghindari filermetal-interaksi dengan logam dasar.
2.3.4.
Seleksi Filler metals
Empat
faktor yang harus dipertimbangkan kektika memilih brazing logam pengisi (filler) :
1. kompatibilitas dengan logam dasar dan desin
bersama.
2. Persyaratan layanan untuk perakitan dibrazing,
komposisi harus di pilih sesuai dengan kebutuhan operasi, seperti suhu layanan
(tinggi dibandingkan cryogenic),
siklus termal, stres beban, kondisi korosif, stabilitas radiasi, dan operasi
vakum.
3. Suhu pemateri diperlukan suhu rendah brazing
biasanya disukai untuk menghemat energi panas, meminimalkan efek panas pada
logam dasar (anil, pertumbuhan butir, melenting). suhu brazing tinggi digunakan
untuk mengambil keuntungan dari lebur yang lebih tinggi, tapi lebih ekonomis.
4. Metode
pemanasan logam pengisi dengan pencairan sempit rentangnya kurang dari 50°F
(28°C) antara solidus dan liquidus dapat digunakan dengan metode pemasan, dan
brazing logam pengisimungkin praletak di daerah joint dalam bentuk cincin,
kabel, shims, bubuk, atau pasta. Atau, paduan tersebut mungkin manual atau
secara otomatis wajah makan ke dalam joint setelah logam dasar dipanaskan.
2.4.1. Jenis-jenis alat gores
Ada beberapa macam jenis alat gores yang
dipergunakan pada pekerjaan pekerjaan mesin atau kerja bangku.
2.4.1.1
Penitik dan batang gores
Penitik
adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang pada benda kerja. Penitik
terbuat dari bahan baja karbon tinggi yang dikeraskan. Sedangkan ujungnya runcing membentuk sudut 30° sampai 90°.
Gambar
2.23 Penitik
Dan cara
penggunaan adalah: Pegang penitik dengah tangan kiri, tempatkan pada benda
kerja. Penitik harus tegak lurus dengan banda kerja. Penitik dipukul dengan
menggunakan palu satu kali dengan pemukul yang ringan, serta periksa posisinya
jika sudah tepat baru dipukul dengan kuat agar didapatkan titik yang jelas, dengan
syarat jangan terlalu keras.
2.4.1.2 Batang Penggores
Batang penggores
(alat gores) adalah suatu alat untuk menarik garis-garis gambar pada permukaan
benda kerja yang akan di kerjakan selanjutnya. Alat penggores ini terbuat dari
bahan baja perkakas, di mana bagian badannya dibuat kartel (gerigi) agar tidak
lincin pada waktu di pegang. Salah satu atau kedua ujungnya dibuat runcing
membentuk sudut ±30°.
Gambar
2.24 Batang
penggores dan penggunaannya
Cara penggunaan
alat gores adalah sebagai berikut: Untuk mendapatkan garis lurus di atas benda
kerja, penggores harus dimiringkan membentuk sudut 20° sampai 25°. Dan Tekan
penggores pada benda kerja. Condongkan penggores kearah maju. Untuk mendapatkan
garis lurus ataupun sudut siku, maka kita juga perlu menggunakan alat bantu
seperti mistar baja ataupun penggaris siku.
2.4.1.3
Jangka gores
Jangka
penggores atau disebut juga jangka tusuk terbuat dari baja perkakas atau baja
lenting yang bagian ujungnya dikeraskan (disepuh). Jangka ini digunakan untuk :
a.
Membuat garis busur atau garis lingkaran.
b.
Mengukur suatu jarak.
c.
Membagi jarak yang panjang.
d.
Melukis suatu sudut.
Cara
penggunaannya dengan cara tentukan terlebih dahulu berapa panjang yang
diinginkan untuk membuat diameter pada penda kerja, dengan alat bantu seperti mistar
baja atau busur derajat, kemudian setelah itu jangka penggores di tekan dan di
putar searah jarum jam untuk menghasilkan diameter yg diinginkan.
2.4.1.4 Meja perata
Meja Perata ini berfungsi untuk menguji kerataan permukaan.
Selain itu meja datar di gunakan untuk
meletakkan benda kerja serta alat-alat menggambar. Biasanya meja perata
(surface table) terbuat dari besi tuang, keramik atau batu granit. Alat ini
dipergunakan sebagai landasan untuk memukul atau meratakan benda kerja yang
bengkok. Harus diusahakan agar permukaan meja datar ini tidak rusak atau cacat,
dan hasil lukisan atau pekerjaan yang dikerjakan tetap baik.
2.4.2.
Peralatan utama pada kerja bangku
1.4.2.1
Pahat tangan
Pahat, adalah peralatan yang sangat penting dalam kerja
bangku. Peralatan tersebut merupakan peralatan pokok untuk membuat celah
sambungan, melubangi dan membentuk benda kerja. Pahat dan alat pencukil untuk
memotong kayu, membuat celah dan melubangi harus dipukul dengan palu atau
malet. Bentuk ujung pahat disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan cara penggunaannya.
Gambar 2.25 Pahat
Macam-macam
Pahat :
a.
Pahat Potong
b.
Pahat Alur
c.
Pahat Dam
1.4.2.2 Gergaji tangan
Gergaji
tangan merupakan alat pemotong dan pembuat alur sedehana. Pada bagian sisi dari
daun gergaji tangan tersebut terdapat gigi pemotong yang dikeraskan.
Bahan
dari daun gergaji ini terbuatdari baja perkakas (HSS)
dan bahan tungsten. Sifat dari daun gergaji tangan fleksibel atau melentur
dengan maksud agar tidak mudah patah.
1.4.2.3 Kikir
Kikir terbuat dari
baja
karbon
tinggi yang ditempa dan disesuaikan
dengan ukuran panjang, bentuk, jenis dan gigi pemotongnya.
Adapun fungsi utama dari kikir adalah untuk mengikir dan meratakan permukaan
benda kerja, ukuran panjang sebuah kikir adalah panjang badan ditambah dengan
tangkainya.
Gambar 2.26 Kikir
Derajat
kekerasan kikir adalah kasar, setengah kasar dan sangat halus. Guratan tunggal
dipergunakan untuk mengikir logam lunak. Guratan ganda dipergunakan untuk
pekerjaan yang bersifat umum. Satu set guratan membuat sudut 45°, yang lain
70°, kedua-duanya terhadap sumbu memanjang kikir. Guratan parut digunakan untuk
pekerjaan kasar pada bahan lunak, misalnya alumunium. Macam-macam
Kikir yaitu:
a.
Kikir Rata.
b.
Kikir Segi empat.
c.
Kikir Bulat.
d.
Kikir segitiga.
e.
Kikir Pilar.
f.
Kikir Pisau.
g.
Kikir Silang.
h.
Kikir Setangah Buka.
· Hal
yang harus diperhatikan pada saat mengikir :
a.
Tinggi ragum terhadap orang yang
bekerja.
b.
Pencekaman
benda kerja.
c.
Pemegangan
kikir.
d.
Posisi
kaki dan badan.
e.
Gerakan
kikir.
f.
Kebersihan
kikir.
· Dan adapun langkah-langkah tekanan
kerja tangan pada kikir :
a.
Jika
memulai mengikir, tekanan yang besar harus terdapat pada tangan kiri dan
tekanan ringan pada tangan kanan.
b.
Tekanan
kedua tangan itu harus sama, manakala kikir berada di tengah-tengah benda kerja yang
dikikir.
c.
Jika
kedudukan kikir sudah di ujung langkah, maka tekanan tangan kiri harus ringan dan tangan kanan dalam keadaan
maksimal.
2.4.2.4 Tap dan snei
Tap digunakan untuk membuat ulir dalam secara manual.
Sedangkan snei digunakan untuk membuat ulir luar secara manual. Tap berbentuk
batang berulir luar yang mempunyai sisi alur 3 atau 4. Satu set tap berisi 3
buah, yaitu nomer 1 untuk awal pembuatan ulir, nomer 2 untuk perluasan ulir dan
nomer 3 untuk finishing. Dilengkapi dengan tangkai tap yang panjang lengan
pemutar disesuaikan besar kecilnya diameter tap. Untuk menentukan lubang bor
yang akan ditap, maka kita harus tahu berapa diameter mata bor (twist drill)
yang akan digunakan.
1.4.2.5
Ragum/tanggem dan vice klem
Ragum
adalah suatu alat penjepit untuk menjepit benda kerja yang akan dikikir,
dipahat, digergaji, di tap, di snei, dan lain lain. Ragum ini dibuat dengan
cara di cor dan dituang untuk ragum ukuran besar. Cara penggunaannya dengan
cara memutar tangkai (handle) ragum.
Maka mulut ragum akan menjepit atau membuka/melepas benda kerja yang sedang
dikerjakan. Vice klem adalah plet baja yang salah
satu sisi diberi karton, fungsinya untuk melindungi benda kerja agar tidak
tergores saat dicekam pada ragum.
1.4.2.6
Palu
Palu
dipergunakan untuk memukul benda kerja
pada pekerjaan
memahat, mengeling, membengkok, dan sebagainya.
Menurut
macam jenis palu umumnya digunakan sebagai
berikut:
1. Palu Keras
Palu keras dibuat dari bahan baja yang kedua ujungnya di
keraskan seperti:
a.
Palu konde digunakan untuk mencekungkan
atau mengelingkan benda kerja.
b.
Palu Pen Searah digunakan untuk meratakan
dan merapatkan bagian sisi sudut yang letaknya searah.
c.
Palu Pen Meliantang digunakan untuk meratakan
dan merapatkan bagian sisi/sudut yang letaknya melintang.
2. Palu Lunak
Palu lunak dibuat dari bahan kayu, plastic,
karet, tembaga dan kuningan. Bahan-bahan tersebut hanya dipasang pada ujung
pangkalnya saja. Alat ini digunakan untuk mengetok/memukul benda kerja yang
kedudukannya kurang tepat. Pada gambar berikut dapat dilihat macam-macam palu
lunak.
2.4.2.5
Mesin bor
Di
bengkel-bengkel kerja bangku pekerja logam kebanyakan menggunakan jenis mesin
bor, seperti mesin bor bangku, mesin bor tiang dakalanya menggunakan mesin bor
pistol atau bor dada. Beberapa contoh mesin yang disebut diatas:
Mesin bor meja
Gambar
2.27
Mesin
Bor
Bagian mesin bor mejaTombol:
1. Tombol
2. Tuas penekan.
3. Tuas pengikat.
4. Alas mesin bor.
5. Meja mesin bor.
6. Penjepit bor.
7. Pengaman.
8. Mur penyetel.
9. Rumah sabuk.
·
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu
menggunakan mesin bor:
1.
Kelengkapan mesin bor
2.
Jenis bahan yang akan di Bor
3.
Pelumasan
4.
Ukuran garis tengah bor
5.
Arah putaran dan kecepatan putaran mesin bor
6.
Pencegahan kecelakaan
2.4.2.6 Mesin gerinda
Mesin
gerinda adalah suatu alat yang berfungsi untuk membentuk, mengasah dan
menajamkan alat alat perkakas seperti; pahat, penitik, penggores, jangka tusuk
dan sebagainya.
Cara
menggunakan mesin gerinda Langkah persiapan Pasang kaca pengaman pada gerinda
Perhatikan jarak balok bantalan terhadap batu gerinda, usahakan jarak balok
bantalan terhadap batu gerinda sedekat mungkin Periksa kondisi batu gerinda,
apakah masih dapat dipergunakan. Gunakan kaca mata pengaman dan pakaian kerja
selama mengoperasikan mesin gerinda. Langkah pengoperasian mesin gerinda Tekan
tombol sakelar untuk menyalakan mesin Posisi badan pada saat bekerja. Kedudukan
dan posisi antara pahat dan gerinda pada waktu diasah / digerinda. Pegang
jari-jari dan ibu jari tangan kiri sangat penting pengaruhnya pada pekerjaan
mengasah pahat.
Gambar 2.28 Mesin
gerinda dan bagian-bagiannya
2.4.3. Alat-alat ukur yang sering
di pakai kerja bangku
a
Mistar Baja
b Jangka Sorong
c Mikrometer Sekrup
d Busur Derajat
a. Fungsi
penggaris baja
Diantaranya adalah untuk
pengukuran lebar, tebal serta memeriksa kerataan suatu permukaan benda kerja.
Di samping itu penggaris baja ini juga dapat digunakan untuk mengukur dan
menentukan batas-batas ukuran atau biasa juga digunakan sebagal pertolongan
menarik garis pada waktu menggambar pada permukaan benda kerja. Dalam
menggunakan penggaris baja, selain dibutuhkan kecakapan dan ketelitian dalam
menggunakan penggaris baja juga harus diikuti dengan kemampuan cara membaca penggaris baja yang baik dan benar.
b.
Fungsi jangka sorong
Untuk
mengukur suatu benda dengan tingkat ketelitian mencapai satu per seratusmillimeter.
Dengan jangka sorong anda dapat mengetahui secara pasti ukuran suatu benda.
Saat anda ingin mengukur suatu benda melalui sisi yang berada diluar maka yang
harus anda lakukan adalah mengapitkan benda tersebut. Dengan demikian ukuran
yang dimiliki oleh benda tersebut akan tertera dengan jelas. Ukuran tersebut
akan ditunjukan oleh skala pengukuran pada jangka
sorong yaitu skala
ytama dan skala nonius. Skala utama akan menunjukan ukuran real benda tersebut
dan skala nonius akan menunjukan ukuran yang lebih detail. Ukuran sebenarnya
adalah jumlah kedua ukuran tersebut. Jangka sorong juga membantu dalam
penentuan ukuran yang tepat dalam suatu objek.
Gambar 2.29 jangka sorong
Fungsi Jangka Sorong selanjutnya
adalah untuk mengukur dimeter dalam suatu benda. Tentunya benda- benda yang
memiliki diametir adalah benda yang mberbentuk bulat atau bola serta elips.
Dengan cara menjepitkan lengan capit yang dimiliki oleh jangka sorong pada
benda tersebbut secara tepat maka ukuran yang dimiliki benda akan tertera
dengang jelas dan tepat . Sekali lagi Skala utama pada jangka sorong akan
menunjukan ukuran real benda tersebut dan skala nonius akan menunjukan ukuran
yang lebih detail. Ukuran sebenarnya adalah jumlah kedua ukuran yang ditunjukan
oleh skala- skala tersebut. Dengan demikian anda akan mendapatkan ukran
diameter dari sebuah benda secara jelas dan rinci.
Fungsi jangka sorong laianya adalah sebagai alat
ukur ketebalan atau
kedalaman suatu benda. Ukuran yang detail akan selalu ditunjukan oleh jangka
sorong melalui garis skalanya. Dalam pengukuran ketebalan dan kedalaman anda
hanya harus mengapitkan lengan penguku pada benda tersebut. Benda yang diukur
biasanya berupa piston atau silinder yang akan digunakan menjadi salah satu
partikel mesin. Jangka sorong juga bisa digunakan untuk mengukur ketebalan
lensa optic secara tepat. Besaran yang memiliki skala tertentu pada jangka
sorong akan menunjukan ukuran benda- benda tersebut secara rinci atau detail. Dengan
adanya jangka sorong maka ketepatan ukuran dalam mengplikasikan suatu benda
akan terwujud.
c.
Fungsi mikrometer sekrup
Gambar 2.30 mikrometer sekrup
Fungsi
dan Cara menggunakan Mikrometer Sekrup – Mikrometer sekrup ialah alat ukur
panjang yang ketelitian dalam pengukurannya amat teliti bisa mencapai 0,01
milimeter. Dalam ilmu fisika, biasanya alat ini digunakan untuk mengukur
panjang, ketebalan serta diameter luar suatu benda. Alat ini terdiri dari
rahang utama yang berperan sebagai kala utama dan rahang putar berperan sebagai
skala nonius.
Skala utama
pada alat ini terbagi ke dalam satuan milimeter dan pada setiap 5 milimeter di
berikan angka. Jika selubung pengukur alat ini diputar sebanyak 1 kali putaran
penuh maka bagian rahangnya akan bergeser antah itu maju maupun bergeser mundur
tergantung ada pemutarannya sebesar 0,5 milimeter dan apabila di putar sebanyak
dua kali putaran penuh maka bagian rahangnya akan bergeser 1 milimeter.
Selubung
pengukur maupun kala nonius pada alat ini terbagi menjadi 50 bagian, pada
setiap 5 bagiannya tersebut di beri angka sehingga satu skala selubung pengukur
mempunyai panjang 1/50 X 0,5 milimeter = 0,01 milimeter.
Terdapat 3
jenis umum pengelompokan mikrometer, yaitu:
§ Mikrometer Luar.
Mikrometer
luar dipakai untuk mengukur benda semisal kawat, blok-blok dan batang-batangan.
§ Mikrometer Dalam.
Mikrometer
dalam dipakai untuk mengukur garis bagian tengah lubang suatu benda.
§ Mikrometer Kedalaman.
Mikrometer
kedalaman dipakai untuk mengukur suatu kerendahan dari slot-slot.
Fungsi
mikrometer sekrup adalah untuk mengukur ketebalan, panjang dan mengukur
diameter suatu benda yang bentuknya sangat kecil semisal mengukur diameter
kabel, kawat, lebar kertas dan benda kecil lainnya yang tak bisa diukur oleh
alat lain.
2.5 Penyambungan Logam
2.5.1.
Penyambungan tidak tetap
Merupakan sambungan yang
bersifat sementara, sehingga masih dapat dibongkarpasang selagi masih dalam
kondisi normal. Contohnya :
Sambungan
mur-baut / ulir ( screwed joint ) dan sambungan pasak (keys joint).
2.5.1.1 Sambungan paku keliling
Paku keling adalah batang silinder
pendek dengan sebuah kepala di bagian atas, silinder tengah sebagai badan dan
bagian bawahnya yang berbentuk kerucut terpancung sebagai ekor, seperti gambar
di bawah. Konsruksi kepala (head) dan
ekor (tail) dipatenkan agar
permanen dalam menahan kedudukan
paku keling pada posisinya. Badan ( body)
dirancang untuk kuat mengikat sambungan dan menahan beban kerja yang diterima
benda yang disambung saat berfungsi.
Gambar 2.31 Paku
Keling
Penggunaan sambungan keling dapat dipakai untuk :
Ø Sebagai
sambungan kekuatan dalam kontruksi logam ringan (kontruksi bertingkat,
kontruksi jembatan dan kontruksi pesawat pengangkat) pada setiap kontruksi
mesin pada umumnya.
Ø Sebagai
sambungan kekuatan kedap dalam kontruksi ketel, tangki dan pipa dengan tekanan
tinggi) tetapi sekarang ketel umumnya dilas.
Ø Sebagai
sambungan kedap untuk tangki, cerobong asap pelat, pipa penurunan dan pipa
pelarian yang tidak memiliki tekanan.
Sebagai sambungan paku
untuk kuliat plat (kontruksi kendaraan dan kontruksi pesawat udara).
2.5.2.
Penyambungan tetap
Merupakan sambungan yang bersifat tetap, sehingga tidak dapat
dilepas selamanya, kecuali dengan merusaknya
terlebih dahulu. Contohnya :
Sambungan
paku keling (rivet joint) dan
sambungan las (welded joint).
2.5.2.1
Sambungan las
Mengelas adalah menyambung dua bagian logam dengan cara memanaskan
sampai suhu lebur dengan memakai bahan pengisi atau tanpa bahan pengisi. Sistem
sambungan las ini termasuk jenis sambungan tetap dimana pada konstruksi dan
alat permesinan, sambungan las ini sangat banyak digunakan. Untuk menyambung
baja bangunan kita mengenal 2 jenis las yaitu :
1. Las karbid ( las otogen )
Yaitu pengelasan yang menggunakan bahan pembakar dari gas oksigen
(zat asam) dan gas acetylene (gas
karbid). Dalam konstruksi baja las ini hanya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan
atau konstruksi sekunder, seperti pagar besi, teralis dan sebagainya.
2. Las listrik ( las lumer )
Yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk
pengelasannya diperlukan pesawat las
yang dilengkapi dengan dua buah kabel, satu kabel dihubungkan dengan penjepit
benda kerja dan satu kabel yang lain dihubungkan dengan tang penjepit batang
las / elektrode las. Jika elektrode las tersebut didekatkan padbenda kerja maka
terjadi kontak yang menimbulkan panas yang dapat melelehkan baja, dan elektrode
(batang las) tersebut juga ikut melebur ujungnya yang sekaligus menjadi pengisi
pada celah sambungan las. Karena elektrode / batang las ikut melebur maka
lama-lama habis dan harus diganti dengan elektrode yang lain. Dalam perdagangan
elektrode / batang las terdapat berbagai ukuran diameter yaitu 2½ mm, 3¼ mm, 4
mm, 5 mm, 6 mm, dan 7 mm. Untuk konstruksi baja yang bersifat struktural (memikul beban konstruksi) maka
sambungan las tidak diijinkan menggunakan las Otogen, tetapi harus dikerjakan dengan las listrik dan harus
dikerjakan oleh tenaga kerja ahli yang profesional.
Ø Jenis-jenis
sambungan las
Terdapat lima
jenis sambungan yang biasa digunakan untuk menyatukan dua bagian benda logam,
seperti dapat dilihat dalam berikut:
Gambar 2.32 Jenis sambungan las
a.
Sambungan tumpu (butt joint);
kedua bagian benda yangakan disambung diletakkan pada bidang datar yang sama
dan disambung pada kedua ujungnya.
b.
Sambungan sudut (corner joint); kedua bagian benda yangakan
disambung membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut.
c.
Sambungan tumpang (lap joint); bagian benda yang akan disambung
saling menumpang (overlapping) satu
sama lainnya.
d.
Sambungan T (tee joint); satu bagian diletakkan tegak
luruspada bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik.
e.
Sambungan tekuk (edge joint); sisi-sisi
yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung sejajar dan sambungan
dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut.
Ø Jenis-jenis
pengelasan
Setiap jenis sambungan yang
disebutkan di atas dapat dibuat dengan pengelasan. Proses penyambungan yang
lain dapat juga digunakan, tetapi
pengelasan merupakan metode penyambungan yang paling universal.
Berdasarkan geometrinya, las-an dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Las jalur (fillet weld)
Digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambungan sudut, sambungan tumpang, dan sambungan T
dalam gambar berikut, logam pengisi digunakan untuk menyambung sisi melintang
bagian yang membentuk segitiga siku-siku.
Ujung bagian yang
akan disambung dibuat alur dalam
bentuk persegi, serong (bevel), V, U, dan J pada sisi tunggal atau
ganda, seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, pengisi digunakan untuk mengisi sambungan, yang biasanya dilakukan
dengan pengelasan busur dan pengelasan gas.
Digunakan
untuk menyambung pelat datar seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah,
dengan membuat satu lubang atau lebih atau slot pada bagian pelat yang
diletakkan paling atas, dan kemudian mengisi lubang tersebut dengan logam
pengisi sehingga kedua bagian pelat melumer menjadi satu.
Digunakan untuk
sambungan tumpang seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah. Las-an titik
adalah manik las yang kecil antara permukaan lembaran atau pelat. Las-an titik diperoleh dari hasil pengelasan resistansi listrik.
Las-an kampuh hampir sama dengan las-an titik, tetapi las-an kampuh lebih
kontinu dibandingkan dengan las-an titik.
Gambar 2.36 (a) Las-an titik dan (b) las-an kampuh
Las-an
lekuk dibuat pada ujung dua atau lebih bagian yang akan disambung, biasanya
merupakan lembaran logam atau pelat tipis, paling sedikit satu bagian ditekuk.
Las-an datar tidak digunakan untuk menyambung bagian benda, tetapi merupakan
lapisan penyakang (ganjal) logam pada permukaan bagian dasar.
Ø Ciri-ciri
penyambungan pengelasan
Pada umumnya sambungan las diawali dengan meleburnya di daerah
sekitar pengelasan. Seperti ditunjukkan dalam gambar, sambungan las yang di
dalamnya telah ditambahkan logam pengisi terdiri dari beberapa daerah (zone),
seperti gambar dibawah:
Gambar 2.38 Penampang melintang penyambungan
pengelasanlebur
Keterangan :
1. Daerah lebur,
terdiri dari campuran antara logam pengisi dengan logam dasar yang telah melebur secara keseluruhan.
Daerah ini memiliki derajat homogenitas yang paling tinggi diantara
daerah-daerah lainnya. Struktur yang dihasilkan pada daerah ini berbentuk butir
kolumnar yang kasar seperti ditunjukkan dalam gambar.
2. Daerah antarmuka las,
merupakan daerah sempit berbentuk pita (band) yang memisahkan antara
daerah lebur dengan Haz. Daerah ini terdiri dari logam dasar yang
melebur secara keseluruhan atau sebagian, yang segera menjadi padat kembali sebelumterjadi
proses pencampuran.
3. HAZ (Heat Affected Zone),
logam pada daerah ini mendapat pengaruh panas dengan suhu di bawah titik lebur,
tetapi cukup tinggi untuk merubah mikrostruktur logam padat. Komposisi kimia
pada HAZ sama dengan logam dasar, tetapi akibat panas yang dialami telah
merubah mikrostrukturnya, sehingga sifat mekaniknya mengalami perubahan pula
dan pada umumnya merupakan pengaruh yang negatif karena pada daerah ini sering
terjadi kerusakan (mudah patah/retak).
4. Daerah
logam dasar tanpa pengaruh panas, daerah ini
tidak menagalami perubahan metalurgi, tetapi karena dikelilingi oleh Haz
maka daerah ini memiliki tegangan sisa yang besar akibat adanya penyusutan
dalam daerah lebur, sehingga mengurangi kekuatannya. Untuk menghilangkan
tegangan sisa tersebut biasa dilakukan perlakuan panas (heat treatment)
yaitu memanaskan kembali daerah las-an tersebut hingga temperatur tertentu,
kemudian temperatur dipertahankan dalam beberapa waktu tertentu, selanjutnya
didinginkan secara perlahan.
2.6 Kerja
pelat
2.6.1.
Pemotongan plat
Pada proses pemotongan plat, alat yang
digunakan untuk memotong plat adalah mesin gullotine.
Mesin gullotine terdiri diri 2 (dua) jenis yakni mesin gullotine manual dan
mesin gullotine hidrolik. Disini alat yang digunakan untuk praktek pada
praktikum proses produksi adalah mesin guillotine manual. Mesin gullotine
manual pemotongan pelat dilakukan dengan tuas penekan yang digerakkan oleh kaki si pekerja. pelat yang
dapat dipotong di bawah 0,6 mm.
Prinsip kerja mesin gullotine ini menggunakan gaya geser
untuk proses pemotongan Pelat yang
dipotong diletakkan pada landasan
pisau tetap dan pisau atas ditekan
sampai memotong pelat. Untuk mengurai besarnya gaya geser sewaktu
tejadinya proses pemotongan posisi mata pisau
atas dimiringkan, sehingga luas
penampang pelat yang dipotong mengecil .
Gambar 2.39 Posisi mesin gullotine
Hasil pemotongan dari mesin
gullotine ini dipengeruhi oleh kemiringan dan kelonggaran (suaian) antara kedua
posisi pisau. Untuk mendapatkan hasil pemotongan yang baik tehadap pelat yang dipotang sesuai antara ke 2 mata
pisau harus jenis pelat yang dipotong. Sesuai mata pisau yang diizinkan menurut
pengujian Feeler Gouges untuk baja dan brass dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Suaian pisau mesin gullotine.
Hasil pemotongan pelat yang
baik dan sesuai menurut kelonggarannya (suaian) yang diizinkan dapat dilihat
pada gambar berikut. Hasil pemotongan ini menurut pengujian feeler gauges.
Gambar 2.40 Hasil
pemotongan plat
2.6.2.
Proses tekuk ( Brending
)
Pada proses tekuk ini, mesin yang
digunakan untuk melipat atau menekuk plat adalah mesin bending manual dan
bending Hydraulic Pipe Bender. Bending manual digunakan untuk melipat atau menekuk
pelat kerja yang telah diselesaikan untuk pekerjaan awal. Mampu menekuk pelat
dengan tebal maksimum 3 mm dan panjang maksimal 1,5 meter, sedangkan hydraulic
pipe bender digunakan untuk menekuk benda kerja yang berbentuk silinder.
Secara mekanika proses
penekukan ini terdiri dari dua komponen gaya yakni: tarik dan tekan (lihat
gambar). Pada gambar memperlihatkan pelat yang mengalami proses pembengkokan
ini terjadi peregangan, netral, dan pengkerutan.
Daerah peregangan terlihat
pada sisi uar pembengkokan, dimana daerah ini terjadi deformasi plastis atau
perobahan bentuk. Peregangan ini menyebabkan pelat mengalami pertambahan
panjang. Daerah netral merupakan daerah yang tidak mengalami perobahan. Artinya
pada daerah netral ini pelat tidak mengalami
pertambahan panjang atau perpendekkan.
Daerah sisi bagian dalam
pembengkokan merupakan daerah yang mengalami penekanan, dimana daerah ini
mengalami pengkerutan dan penambahan ketebalan, hal ini disebabkan karena
daerah ini mengalami perobahan panjang yakni perpendekan.atau menjadi pendek
akibat gaya tekan yang dialami oleh pelat. Proses ini dilakukan dengan menjepit
pelat diantara landasan dan sepatu penjepit selanjutnya bilah penekuk diputar
ke arah atas menekan bagian pelat yang akan mengalami penekukan.
Gambar 2.41 Langkah
proses tekuk
Gambar
2.42
Penekuk
awal
Pada Gambar
posisi tuas penekuk diangkat ke atas sampai membentuk sudut melebihi sudut
pembentukan yang dinginkan. Besarnya kelebihan sudut pembengkokan ini dapat
dihitung berdasarkan tebal pelat, kekerasan bahan pelat dan panjang bidang
membengkokkan / penekukan.
Gambar 2.43 Penekuk plat
Langkah
proses penekukan pelat dapat dilakukan dengan mempertim- bangkan sisi bagian
pelat yang akan dibentuk. Langkah penekukan ini harus diperhatikan sebelumnya,
sebab apabila proses penekukan ini tidak menurut prosedurnya maka akan terjadi
salah langkah. Salah langkah ini sangat ditentukan oleh sisi dari pelat yang
dibengkokan dan kemampuan mesin bending/tekuk tersebut. Komponen pelat yang
akan dibengkokan sangat bervariasi. Tujuan proses pembengkokan pada bagian tepi
maupun body pelat ini diantaranya adalah untuk memberikan kekakuan pada
bentangan pelat.
Gambar 2.44 Sudut tekuk
Gambar memperlihatkan
sudut tekuk yang terbentuk pada proses pelipatan pelat, dimana pada bagian sisi
atas pelat mengalami peregangan dan bagian bawah mengalami pengkerutan.
Langkah-langkah proses
tekuk untuk sambungan lipat seperti gambar berikut:
Gambar
2.45 Langkah
proses tekuk
Gambar
2.46 Langkah proses tekuk
Dua hal penting dalam bending pipa adalah:
1. untuk menjaga pipa dari mendatarkan menjadi
bentuk elips di tikungan.
2. untuk menghindari kerutan di bagian
cekung dari tikungan. Ini mungkin dicapai dengan menekuk pipa di atas bentuk
berlekuk ditunjukkan pada Gambar. Sisi formulir dapat
diperpanjang jauh di atas alur untuk memegang sisi pipa terhadap menggembung sepanjang
tikungan. Formulir ini dapat digunakan untuk dingin bending pipa sampai sekitar
1 1/2-inch diameter,
sedangkan sebuah bentuk yang lebih rumit, cocok untuk pipa yang
lebih besar, pada pipa besar harus dipanaskan merah untuk memfasilitasi lentur.
Pipa berbentuk silender mungkin diisi
dengan pasir dan terpasang untuk membantu memegang bagian penampang silang,
dan, jika bentuk bending tidak tersedia, rahang catok mungkin menyebar terpisah
cukup jauh untuk pipa yang akan diadakan di antara mereka selama lentur . Hal
ini akan menjaga sisi pipa dari menggembung. Lapisan dilas pipa harus berada di
bagian tenggorokan atau cekung dari tikungan.
Hasil
pembengkokan pelat yang baik dapat dihasilkan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1.
Periksa terlebih dahulu terutama dies, atau sepatu pembentuk, sudut
pembengkokan yang diinginkan.
2.
Tandailah sisi
bagian tepi pelat yang akan dibengkokkan.
3.
Posisi tanda pembengkokan ini
harus sejajar dengan dien pembengkok.
4.
Penjepitan pelat harus kuat
5.
Atur sudut pembengkokan sesuai
dengan sudut pembengkokan yang dikehendaki
6.
Sesuaikan dies landasan dengan
bentuk pembengkokan yang diinginkan.
7.
Mulailah proses pembengkokan
dengan memperhatikan sisisisi yang akan dibengkokan, hal ini untuk menjaga agar
lebih dahulu mengerjakan posisi pelat yang mudah
8.
Jika ingin melakukan
pembengkokan dengan jumlah yang banyak buatlah jig atau alat bantu untuk
memudahkan proses pembengkokan. Jig ini
bertujuan untuk memudahkan pekerjaan sehingga menghasilkan bentuk
pembengkokan yang sama.
2.6.3.
Proses pengerolan
Pengerolan
merupakan proses pembentukan yang dilakukan dengan menjepit pelat diantara dua
rol. Rol tekan dan rol utama berputar berlawanan arah sehingga dapat
menggerakan pelat. Pelat bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi rol
pembentuk berada di bawah garis gerakkan pelat, sehingga pelat tertekan dan
mengalami pembengkokan. Akibat penekanan dari rol pembentuk dengan putaran rol
penjepit ini maka terjadilah proses pengerolan. Pada saat pelat bergerak
melewati rol pembentuk dengan kondisi pembenkokan yang sama maka akan
menhasilkan radius pengerolan yang merata. Lihat gambar berikut:
Gambar
2.47 Mesin Roll
Gambar
2.48 Proses pengerolan
BAB III
PROSES KERJA
3.1 Pengelasan listrik (Butt joint)
3.1.1. Alat dan fungsi
Alat ini digunakan untuk mengukur
diameter, panjang, ketebalan benda kerja yang lebih teliti daripada mistar.
2. Kikir
Alat ini berfingsi untuk
menghaluskan dan meratakan bagian ujung benda kerja agar tidak tajam dan untuk
meratakan bagian yang menonjol yang masih bias dikerjakan tanpa menggunakan
gerinda.
3. Warepack
Untuk melindungi tubuh dari percikan api dan merupakan alat
keselamatan standar yang wajib digunakan pada saat pengelasan.
4. Mesin Las
Alat ini berfungsi sebagai alat
utama pengatur arus baik AC maupun DC yang digunakan untuk mengelas benda
kerja.
5. Meja pengelasan
Media
ini berguna sebagai tempat dudukan pada saat proses pengelasan dan sekaligus
sebagai aliran masa listrik yang dijepitkan pada kaki meja atau pada alas meja.
6. Palu
Untuk
memukul benda yang permukaannya kurang rata dan juga untuk memukul bagian yang
sudah dilas sehingga hasil las lebih bersih.
7. Ragum Tangan
Untuk
menjepit benda kerja yang akan dikikir, digerinda, digergaji, dan dipukul
dengan palu.
8. Mesin gerinda
Untuk memotong, meratakan permukaan, dan menghaluskan
permukaan benda kerja.
9. Penggaris siku-siku
Untuk membuat posisi plat menjadi
siku sehingga hasil yang didapatkan lebih presisi.
10. Meteran
Untuk mengukur panjang benda kerja yang akan
digunakan.
3.1.2
Bahan
Sebagai bahan dasar pembuatan benda
kerja dengan
panjang, lebar dan tebal masing-masing 100 x 25 x 5 mm. sebanyak 2 batang.
Plat Baja ST20
Panjang : 100mm
Lebar : 25mm
Tebal : 5mm
|
|
No
Yes
1. Selalu mempersiapkan APD dan alat safety
lainnya sebelum melakukan proses
kerja, serta siapkan alat dan bahan yang telah yang akan digunakan.
2.
Plat
besi 2 buah, yang masing-masing memiliki ukuran P: 100 mm, :25mm, dan T: 5 mm, diletakkan dengan
posisi bersebelahan, memanjang dan
mendatar, diatas meja kerja.
3. Menyalakan power pada pesawat mesin
las dan mengatur daya sesuai dengan kebutuhan dan sesuai jenis benda kerja yang
di kerjakan tegangan listrik mesin las sesuai kebutuhan.
4. Memasang batang elektroda ke tang
penjepit elektroda secara benar agar memudahkan pada saat pengelasan.
5. Memakai kacamata las dan APD lainnya
lalu memulai pengelasan pada bagian yang akan disambung, dengan gerakan zig-zag/sphare,
agar benda kerja tersambung dengan kuat dan juga membuat bentuk penyambungan yang
rapid an bagus.
6. Setelah proses pengelasan selesai, hilangkan
kerak kerak yang menempel pada alur benda kerja dengan cara memukulnya
menggunakan palu ujung lancip agar sisa kerak terbuang.
7. Kemudian benda kerja didinginkan dengan
air, kemudian rapikan bagian benda kerja yang kurang rata menggunakan mesin
gerinda, kikir, dan palu.
1.1.4
Gambar benda kerja
Gambar 3.1 Benda Kerja Sebelum di Las
Gambar 3.2 Benda Kerja Sesudah di Las
3.4
Las listrik sambungan sudut (corner joint)
3.2.1. Alat dan fungsi
1. Jangka
Sorong
Alat ini digunakan untuk mengukur
diameter, panjang, ketebalan benda kerja yang lebih teliti daripada mistar.
2. Kikir
Alat
ini berfingsi untuk menghaluskan dan meratakan bagian ujung benda kerja agar
tidak tajam dan untuk meratakan bagian yang menonjol yang masih bias dikerjakan
tanpa menggunakan gerinda.
3. Warepack
Untuk melindungi tubuh dari percikan api dan merupakan alat
keselamatan standar yang wajib digunakan pada saat pengelasan.
4. Mesin Las
Alat ini berfungsi sebagai alat
utama pengatur arus baik AC maupun DC yang digunakan untuk mengelas benda
kerja.
5. Meja pengelasan
Media
ini berguna sebagai tempat dudukan pada saat proses pengelasan dan sekaligus
sebagai aliran masa listrik yang dijepitkan pada kaki meja atau pada alas meja.
6. Palu
Untuk
memukul benda yang permukaannya kurang rata dan juga untuk memukul bagian yang
sudah dilas sehingga hasil las lebih bersih.
7. Ragum Tangan
Untuk
menjepit benda kerja yang akan dikikir, digerinda, digergaji, dan dipukul
dengan palu.
8. Mesin gerinda
Untuk memotong, meratakan permukaan, dan menghaluskan
permukaan benda kerja.
9. Penggaris siku-siku
Untuk
membuat posisi plat menjadi siku sehingga hasil yang didapatkan lebih presisi.
10. Meteran
Alat
ini sama halnya denga jangka sorong yaitu untuk mengukur panjang benda kerja
yang akan digunakan tetapi ketelitiannya jauh lebih rendah disbanding dengan
jangka sorong.
3.2.2. Bahan
Plat Baja ST20
Sebagai
bahan dasar pembuatan benda kerja dengan panjang,
lebar dan tebal masing-masing 100 x 25 x 7 mm. sebanyak 2 batang.
3.2.3. Proses kerja
Baja ST20
Panjang : 100mm
Lebar : 25mm
Tebal :7mm
|
|
No
1. Selalu
mempersiapkan APD dan alat safety lainnya
sebelum melakukan proses kerja, serta siapkan alat dan bahan yang telah
yang akan digunakan.
2. Plat besi 2 buah,
yang masing-masing memiliki ukuran P: 100 mm, :25mm, dan T: 5 mm, diletakkan dengan
posisi bersebelahan, memanjang dan
mendatar, diatas meja kerja.
3. Menyalakan power
pada pesawat mesin las dan mengatur daya sesuai dengan kebutuhan dan sesuai
jenis benda kerja yang di kerjakan tegangan listrik mesin las sesuai kebutuhan.
4. Memasang batang elektroda ke tang penjepit
elektroda secara benar agar memudahkan pada saat pengelasan.
5. Memakai kacamata las dan APD lainnya lalu
memulai pengelasan pada bagian yang akan disambung, dengan gerakan zig-zag/sphare,
agar benda kerja tersambung dengan kuat dan juga membuat bentuk penyambungan
yang rapid an bagus.
6. Setelah proses
pengelasan selesai, hilangkan kerak kerak yang menempel pada alur benda kerja
dengan cara memukulnya menggunakan palu ujung lancip agar sisa kerak terbuang.
7. Kemudian benda
kerja didinginkan dengan air, kemudian rapikan bagian benda kerja yang kurang
rata menggunakan mesin gerinda, kikir, dan palu.
8. Praktikum sudah
selesai, seluruh praktikan merapikan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
3.2.4 Gambar Benda Kerja
Gambar 3.3 Benda Kerja Sebelum Pengelasan
Gambar 3.4 Benda Kerja Sesudah Pengelasan
3.3
Las brazing
3.3.1
Alat dan fungsi
1. Swaging
Alat ini berfungsi
sebagai alat pembesar atau memperkecil lubang diameter pipa yang akan dilas
dengan tujuan agar salah satu ujung batang bias masik pada ujung batang pipa
yang laninya.
2. Sarung
tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari kontak langsung dengan
proses pengerjaan dan pada saat memegang bahan tambah karena panas yang tinggi.
3. Ragum
Berfungsi
untuk menjepit benda kerja yang baik pada saat pemotongan benda keja maupun
pada saat proses pengelasan berlangsung karena pada pengelasan Brazing benda kerja
tidak bias di posisikan seperti las listrik atau las karbis karena ukuran benda
kerjanya yang kecil
4. Tang
jepit
Selain menggunakan sepasang sarung
tangan, Tang penjepit juga adibutuhkan untu menjepit benda kerja yang akan di
sambungkan tersebut karena suhunya sangat tinggi.
5. Filler metal
Berfungsi
sebagai alat tambah yang dilelehkan penyambungan pipa yang akan di las.
6. Korek
api
Alat ini difungsikan
untuk menyalakan api pertama pada saat memulai proses pengelasan.
7. Mesin
gerinda
Berfungsi untuk merapikan permukaan
benda kerja yang telah di las dan permukaan bekas pemotongan yang tidak rapi
dengan pengerjaan finishing dari benda kerja yang kita buat.
8. 1 unit mesin Las brazing
a. Torch
Berfungsi
sebagai keluaran nyala api yang telah diatur pada regulator dan dibakar
menggunakan pematik api yang akan di gunakan dalam pengelasan.
b. Regulator
Berfungsi mengatur banyaknya gas
yang di keluarkan dan mengatur api yang dibutuhkan dalam poses pengelasan.
c. Tabung las brazing
Berfungsi sebagai alat penyimpanan
gas yang akan digunakan dalam proses pengelasan biasnya berisi gas murni.
Bahan yang perlu di persiakan adalah dua potong pipa kapiler
kecil dengan panjang 70 mm, diametr dalam 6 mm, dan diameter luar 8 mm.
sebanyak 2 batang, boraks (fluks)
sebagai bahan tambah agar cepat meleleh dan juga cepat mengering dan filler
metal sebagai media penyambungnnya.
Benda
Kerja kuat dan
Tidak bolong pd
Sambungan
|
|
No
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan pada pengelasan brazing terlebih dahulu.
2.
Potong
pipa kapiler yang telah diukur tadi sepanjang 70 mm sebanyak 2 buah.
3.
Kemudian
di Swaging yaitu memperkesar salah satu ujung pipa karena sebelumnya berukuran
sama, sampai salah satu ujung pipa memasuki ujung pipa yang lainnya.
4. Buka jepitan ragum dan salah satu pipa
yang telah di swaging dijepitkan di ragum, ragum di gunakan karena
pengerjaannya yang berupa pipa sehingga arah pengelasannya.
5. Karena proses pengerjaannya
melingkar jadi jika kita menggunakan meja las akan mengalami kesulitan ketika
proses pengelasan maka dari itu menggunakan ragum meja agar pengerjaan lebih
mudah.
6. Nyalakan api las brazing dengan menggunakan
korek api dana tur nyala api sesuai kebutuhan pengelasan dan jenis bahan
pelebur yang digunakan.
7. Jepit pipa satunya dengan menggunakan tang
jepit, usahakan posisi tetep konstan tepat antara kedua diameter pipa tersebut
agar hasil pengelasan tidah bengkok.
8. Posisikan filler metal di
antara kedua pipa yang akan di sambung tersebut kemudian lelehkan dengan nyala
api yang telah diatur tadi.
9. Panaskan filler metal tersebut sampai meleleh
dan kemudian, lakukan secara perlahan memutari pipa tersebut.
10. Jika penyambungan sudah selesai
dinginkan benda kerja dengan air keran,
11. Setelah dingin rapihkan dengan mesin
gerinda atau menggunakan kikir seperlunya saja dan jika masih terdapat tonjolan
dan bolong, lelehkan kembali dengan api.
12. Praktikum sudah selesai, membersihan
dan rapihkan area praktikum.
2.3.4
Gambar Benda Kerja
Gambar
3.5 Pipa Kapiler Sebelum Pengelasan
Gambar
3.6 Pipa Kapiler Sesudah Pengelasan
2.4
Las Oxy Asetilin (Butt joint)
3.4.1
Alat dan fungsi
1. Kaca
mata las
Berfungsi untuk melindungi mata dari
kontak langsung dengan cahaya yang dihasilkan pada saat proses pengelasan
karena cahayanya bisa merusak fungsi mata.
2. Sarung
tangan
Berfungsi melindungi tangan dari
panasnya ketika proses pengerjaan pengelasan dan agar pada saat memgang bahan
tambah tidak panas.
3. Mistar
Berfungsi untuk mengukur plat yang
akan di proses (di las) baik panjang maupun lebar pada benda kerja.
4. Tang
Berfungsi untuk mengambil benda
kerja yang dalam keadaan panas untuk di dinginkan maupun di pindahkan
posisinya.
5. Gerinda
Berfungsi sebagai finishing
pengelasan untuk meratakan permukaan plat yang sudah di las agar hasil lebihh
rata.
6.
Ear
plug
Berfungsi untuk melindugi telinga
dari kebisingan akibat proses penggerindaan.
7.
Plat
cutting
Berfungsi
untuk memotong plat yang akan di las.
8.
Mata
penggores atau spidol
Berfungsi
untuk menandai pemotongan plat, dai gunakan sebagai tanda potong saja.
9.
Filler
metal
Berfungsi
sebagai media penyambung kedua plat tersebut.
10. 1 unit mesin las oxy asitylin
a.
Silinder/tabung
asitelin
Berfungsi
sebagai media penyimpanan gas asitelin (C2 H2).
b.
Silinder/tabung
oksigen
Berfiungsi
sebagai media penyimpanan gas oksigen (O2).
c.
Regulator
Berfungsi
untuk mengatur keluarnya gas dari dalam tabung.
d.
Brander
las
Berfungsi untuk mengatur besarnya
gas asitelin dan oksigen, serta dapat di gunakan untuk mengatur nyala api.
3.4.2
Bahan
Bahan
yang harus di persiapkan adalah plat besi yang berukuran Panjang : 100 mm dan Lebar
: 25 mm dan dan tebal 2 mm. kemudian mempersiapkan pula media penyambungan
yaitu filler metal (bahhan Tambah).
3.4.3
Proses kerja
Pemotongan
PxLxT=100x25x2 mm
|
|
Baja ST 20
Gas O2 dan C2H2
Kawat pengisi
|
|
No
Yes
1.
mempersiapkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan pengelasan oxy asetilin, dan
mengecek isi gas serta alat penunjang lainnya.
2.
Mengukur
plat terlebih dahulu dengan panjangnya adalah 100 mm dengan lebar 25 mm sebanyak
2 batang.
3.
Potong
plat tesebut dengan ukuran yang sudah di tentukan tadi, dengan cara menjepit
beda kerja pada ragum meja dan memotongnya menggunakan gergaji tangan.
4.
Atur
dan Letakan benda kerja pada meja pengelasan dengan posisi yang di inginkan.
5.
Buka
katup regulator agar gas dapat mengalir ke brander las, atur banyaknya campuran
pada brander las tersebut dengan memutar tombol pengatur hingga mendapatkan nyala
api yang sesuai untuk penglasan yaitu menggunakan nyala api netral.
6.
Setelah
las menyalala siapkan pula filler metal (bahan tambah) sebagai media penyambung,
panaskan plat dan filler steel secara bersamaan sampai filler steel meleleh dan
menutupi permukaan sambungan kedua plat.
7.
Jika
proses pengelasan telah selaesai, dingikan benda kerja dengan air keran.
8.
Setelah
dingin benda kerja di gerinda bagian permukaannya agar di dapat hasil yang
maksimal
9.
Jika
praktikum sudah selesai bersihkan area kerja dan bereakan semua peralatan
kemudian melapor pada asisten lab.
3.4.4 Gambar benda kerja
Gambar 3.7 Benda kerja sebelum di las
Gambar 3.8 Benda kerja sesudah di las
3.5
Las Oxy Asetilin “T” (tee joint)
3.5.1
Alat dan fungsi
1. Kaca
mata las
Berfungsi untuk melindungi mata dari
kontak langsung dengan cahaya yang dihasilkan pada saat proses pengelasan
karena cahayanya bisa merusak fungsi mata.
2. Sarung
tangan
Berfungsi melindungi tangan dari
panasnya ketika proses pengerjaan pengelasan dan agar pada saat memgang bahan
tambah tidak panas.
3. Mistar
Berfungsi untuk mengukur plat yang
akan di proses (di las) baik panjang maupun lebar pada benda kerja.
4. Tang
Berfungsi untuk mengambil benda
kerja yang dalam keadaan panas untuk di dinginkan maupun di pindahkan
posisinya.
5. Gerinda
Berfungsi sebagai finishing
pengelasan untuk meratakan permukaan plat yang sudah di las agar hasil lebihh
rata.
6. Ear plug
Berfungsi untuk melindugi telinga
dari kebisingan akibat proses penggerindaan.
7. Plat cutting
Berfungsi
untuk memotong plat yang akan di las.
8.
Mata
penggores atau spidol
Berfungsi
untuk menandai pemotongan plat, dai gunakan sebagai tanda potong saja.
9.
Filler
metal
Berfungsi
sebagai media penyambung kedua plat tersebut.
10.
1
unit mesin las oxy asitylin
§ Silinder/tabung asitelin
Berfungsi sebagai media penyimpanan gas
asitelin (C2 H2).
§ Silinder/tabung oksigen
Berfiungsi sebagai media penyimpanan gas
oksigen (O2).
§ Regulator
Berfungsi untuk mengatur keluarnya gas dari
dalam tabung.
§ Brander las
Berfungsi
untuk mengatur besarnya gas asitelin dan oksigen,serta dapat di gunakan untuk
mengatur nyala api.
3.5.2
Bahan
Bahan yang harus di persiapkan
adalah plat besi yang berukuran Panjang : 100 mm dan Lebar : 25 mm dan dan
tebal 2 mm. kemudian mempersiapkan pula media penyambungan yaitu filler metal
(bahhan Tambah).
3.5.3
Proses kerja
Pemotongan
PxLxT=100x25x2 mm
|
|
Baja ST 20
Gas O2 dan C2H2
Kawat pengisi
|
|
No
Yes
1.
mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk melakukan pengelasan oxy asetilin, dan mengecek isi gas serta
alat penunjang lainnya.
2. Mengukur plat terlebih dahulu dengan
panjangnya adalah 100 mm dengan lebar 25 mm sebanyak 2 batang.
4. Potong plat tesebut dengan ukuran yang sudah
di tentukan tadi, dengan cara menjepit beda kerja pada ragum meja dan
memotongnya menggunakan gergaji tangan.
5. Atur dan Letakan benda kerja pada meja
pengelasan dengan posisi yang di inginkan.
6. Buka katup regulator agar gas dapat mengalir
ke brander las, atur banyaknya campuran pada brander las tersebut dengan
memutar tombol pengatur hingga mendapatkan nyala api yang sesuai untuk
penglasan yaitu menggunakan nyala api netral.
7. Setelah las menyalala siapkan pula filler
metal (bahan tambah) sebagai media penyambung, panaskan plat dan filler steel
secara bersamaan sampai filler steel meleleh dan menutupi permukaan sambungan
kedua plat.
8. Jika proses pengelasan telah selaesai,
dingikan benda kerja dengan air keran.
9. Setelah dingin benda kerja di gerinda bagian
permukaannya agar di dapat hasil yang maksimal
10. Jika praktikum sudah selesai bersihkan area
kerja dan bereakan semua peralatan kemudian melapor pada asisten lab.
3.5.4 Gambar benda kerja
Gambar 3.9 Benda kerja sebelum di las
Gambar 3.10 Benda kerja setelah di las
3.6
Analisa
3.6.1
Las
Listrik
Terdapat
bebrapa bagian yang dapat dianalisa dari hasil benda kerja diantaramya yaitu:
1. Distorsi Pada Pengelasan
Distorsi
(distortion) merupakan cacat las yang terjadi akibat kontraksi logam las
selama pengelasan yang mendorong/menarik benda kerja untuk bergerak.
Gambar 3.11 Distorsi
(Benda Kerja Menekuk ke Atas)
Ø Penyebab Distorsi
Distorsi
pada pengelasan terjadi karena Heat input yang terlalu besar.
Ø Solusi PencegahanAgar terhindar dari distorsi, anda dapat lakukan:
a.
Meningkatkan kecepatan pengelasan.Gunakan arus listrik
yang lebih kecil.
b.
Membuat tack weld. Las dalam segmen yang kecil,
tunggu hingga dingin kemudian lanjutkan las kembali.
2. Hasil alur lasan tidak rata
Manik-manik
las kurang rapi terjadi ketika logam las tidak sejajar dan tidak dapat mencakup
sambungan yang dibentuk oleh benda kerja. Selain itu, tinggi logam las yang
berbeda (naik turun) juga menandakan bahwa manik-manik las kurang rapi.
Gambar 3.12 Alur Las
yang Tidak Sejajar
Ø Penyebab Manik Las Kurang Rapi yaitu: Tangan welder yang
kurang stabil.
Ø Solusi Pencegahan yang dapat dilakukan: Gunakan dua tangan untuk menjaga
kestabilan dalam mengelas.
3. Spatter
berlebih
Spatter merupakan
bintik-bintik kecil logam las akibat cairan elektroda yang diteteskan berupa
semprotan (spray) atau percikat yang dihaslkan ketika proses pengelasan.
Gambar 3.13 Spatter
Ø Penyebab Spatter
Spatter disebabkan
oleh Arc length terlalu besar.
Ø Solusi Pencegahan
Hal yang
harus dilakukan supaya mencegah spatter yaitu Memperkecil arc length,
menjaga arc length selalu tepat.
4. Benda Kerja Berlubang
Lubang pada benda kerja terjadi
ketika logam las mencair hingga memakan benda kerja sampai tidak ada sisa lagi.
Gambar 3.14 Benda Kerja
yang Berlubang
Ø Penyebab Terbentuknya Lubang
Lubang terbentuk karena Heat input terlalu besar.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang bisa anda lakukan yaitu mengecilkan arus listrik, bila perlu gunakan
elektroda yang lebih kecil dan kecepatan pengelasanya ditingkatkan.
5. Penetrasi Berlebih
Cacat las
jenis ini terjadi di mana logam las mencair melewati tebal benda kerja dan
menonjol pada bagian bawah hasil pengelasan.
Gambar 3.15 Las yang
Mengalami Penetrasi Berlebih
Ø Penyebab Penetrasi Berlebih
Hal yang
menyebabkan penetrasi berlebih antara lain:
a.
Heat input yang terlalu besar.
b.
Teknik pengelasan yang kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
a.
Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain:
Kecilkan
arus listrik, jika perlu gunakan elektroda yang lebih kecil.
b.
Percepat kecepatan pengelasan.
6. Cacat Las Kurang Penetrasi (Lack
of Penetration)
Cacat las jenis ini terjadi karena
logam las gagal mencapai root (akar) dari sambungan dan gagal
menyambungkan permukaan root secara menyeluruh. Hal ini disebabkan
karena kesalahan dalam memilih ukuran elektroda, arus listrik yang terlalu
kecil, dan rancangan sambungan yang kurang memadai. Kurang penetrasi sering
dialami pada pengelasan posisi vertikal dan overhead. Pada gambar berikut
nampak logam las tidak menutupi bagian bawah (akar) sambungan.
Gambar 3.16 Cacat Las
Kurang Penetrasi
Ø Penyebab Kurang Penetrasi
Cacat jenis
ini disebabkan antara lain oleh:
a.
Persiapan sambungan (groove) pada benda kerja
yang tebal kurang memadai atau bahkan tidak dilakukan.
b.
Heat input kurang besar.
c.
Teknik pengelasan kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan untuk menghindari kurangnya penetrasi antara lain:
a.
Pembuatan groove harus tepat di mana mampu
menyediakan akses pada bagian bawah sambungan.
b.
Tingkatkan arus listrik, bila perlu gunakan elektroda
yang lebih besar.
c.
Kontrol kondisi busur las, kurangi kecepatan
pengelasan.
1.
Cacat Las Difusi (Lack of Fusion)
Cacat
las ini terjadi karena logam las dan benda kerja gagal menyatu. Cacat jenis ini
bisa terjadi akibat benda kerja yang kurang panas atau permukaan benda kerja
yang kurang bersih.
Gambar 3.17 Cacat difusi
(Lack of Fusion)
Ø Penyebab cacat las difusi
Penyebabnya
antara lain:
a.
Heat input terlalu rendah.
b.
Benda kerja kotor.
c.
Teknik pengelasan kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan yakni:
a.
Tingkatkan arus listrik, bila perlu ganti dengan
ukuran elektroda yang lebih besar.
b.
Posisikan elektroda tepat pada sambungan.
c.
Kontrol sudut elektroda dengan tepat.
d.
Bersihkan benda kerja dari oli, minyak, embun,
kotoran, dan cat sebelum anda mengelas.
8. Slag Inclusion
Slag
inclusion adalah salah satu jenis cacat pada las. Slag inclusion merupakan
oksida dan benda non logam lainnya yang terjebak pada logam las. Slag
inclusion bisa disebabkan oleh kontaminasi dari udara luar atau slag
yang kurang bersih ketika mengelas dengan banyak lapisan (multi pass).
Gambar 3.18 Slag
Inclusions
Ø Penyebab Slag Inclusion
Slag
inclusion disebabkan oleh benda kerja yang kotor.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu bersihkan terlebih dahulu slag yang menempel
sebelum mengelas pada lapisan di atasnya dengan cara di amplas atau digerinda
terlebih dahuku.
9. Porosity
Porosity adalah
salah satu jenis cacat pada las. Porosity merupakan sekelompok gelembung
gas yang terjebak di dalam lasan. Porosity bisa terjadi karena proses
pemadatan yang terlalu cepat. Porosity berupa rongga-rongga kecil berbentuk
bola yang mengelompok pada lokasi-lokasi lasan. Terkadang terjadi rongga besar
berbentuk bola yang tunggal atau tidak mengelompok. Rongga besar tersebut
adalah blow hole.
Gambar 3.19 Porosity
Ø Penyebab Porosity
Porosity dapat
terjadi akibat:
a.
Arc length terlalu panjang.
b.
Benda kerja kotor.
c.
Elektroda basah/lembab.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan supaya tidak terjadi porosity antara lain:
a.
Jaga arc length selalu tepat.
b.
Bersihkan benda kerja dari minyak, oli, cat, debu,
lapisan, slag, embun, dan kotoran sebelum melakukan pengelasan.
c.
Gunakan elektroda yang kering.
10. Retak (CRACK)
Retak
adalah salah satu dari beberapa jenis cacat las. Retak merupakan putusnya benda
kerja akibat tegangan. Retakan sering terjadi pada lasan maupun bagian benda
kerja yang dekat dengan lasan. Retakan yang sering terjadi berupa retakan yang
sangat sempit, walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi retakan yang luas.
Retakan dibagi dalam tiga jenis yakni: retakan panas, retakan dingin, dan macrofissure.
Gambar 3.20 Retak pada
Lasan
11. Undercut
Undercut adalah
salah satu jenis cacat las. Undercut merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan sebuah alur (groove) benda kerja yang mencair dan
terletak pada tepi/kaki lasan (manik-manik las) di mana alur benda kerja yang
mencair tersebut tidak terisi oleh cairan las. Undercut menyebabkan slag
terjebak di dalam alur yang tidak terisi oleh cairan las.
Gambar 3.21 Undercut
3.6.2
Las
Oxy Acetylene
Terdapat
bebrapa bagian yang dapat dianalisa dari hasil benda kerja diantaramya yaitu:
1. Distorsi Pada Pengelasan
Distorsi
(distortion) merupakan cacat las yang terjadi akibat kontraksi logam las
selama pengelasan yang mendorong/menarik benda kerja untuk bergerak.
Gambar 3.22 Distorsi
(Benda Kerja Menekuk ke Atas)
Ø Penyebab Distorsi
Distorsi
pada pengelasan terjadi karena Heat input yang terlalu besar.
Ø Solusi PencegahanAgar terhindar dari distorsi, anda dapat lakukan:
c.
Meningkatkan kecepatan pengelasan.Gunakan arus listrik
yang lebih kecil.
d.
Membuat tack weld. Las dalam segmen yang kecil,
tunggu hingga dingin kemudian lanjutkan las kembali.
2. Hasil alur lasan tidak rata
Manik-manik las kurang rapi terjadi ketika logam las
tidak sejajar dan tidak dapat mencakup sambungan yang dibentuk oleh benda
kerja. Selain itu, tinggi logam las yang berbeda (naik turun) juga menandakan
bahwa manik-manik las kurang rapi.
Gambar 3.23 Alur Las
yang Tidak Sejajar
Ø Penyebab Manik Las Kurang Rapi yaitu: Tangan welder yang
kurang stabil.
Ø Solusi Pencegahan yang dapat dilakukan: Gunakan dua tangan untuk menjaga
kestabilan dalam mengelas.
3. Spatter
berlebih
Spatter merupakan
bintik-bintik kecil logam las akibat cairan elektroda yang diteteskan berupa
semprotan (spray) atau percikat yang dihaslkan ketika proses pengelasan.
Gambar 3.24 Spatter
Ø Penyebab Spatter
Spatter disebabkan
oleh Arc length terlalu besar.
Ø Solusi Pencegahan
Hal yang
harus dilakukan supaya mencegah spatter yaitu Memperkecil arc length,
menjaga arc length selalu tepat.
4. Benda Kerja Berlubang
Lubang pada benda kerja terjadi
ketika logam las mencair hingga memakan benda kerja sampai tidak ada sisa lagi.
Gambar 3.25 Benda Kerja
yang Berlubang
Ø Penyebab Terbentuknya Lubang
Lubang terbentuk karena Heat input terlalu besar.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang bisa anda lakukan yaitu mengecilkan arus listrik, bila perlu gunakan
elektroda yang lebih kecil dan kecepatan pengelasanya ditingkatkan.
5. Penetrasi Berlebih
Cacat las
jenis ini terjadi di mana logam las mencair melewati tebal benda kerja dan
menonjol pada bagian bawah hasil pengelasan.
Gambar 3.26 Las yang
Mengalami Penetrasi Berlebih
Ø Penyebab Penetrasi Berlebih
Hal yang
menyebabkan penetrasi berlebih antara lain:
c.
Heat input yang terlalu besar.
d.
Teknik pengelasan yang kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
c.
Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain:
Kecilkan
arus listrik, jika perlu gunakan elektroda yang lebih kecil.
d.
Percepat kecepatan pengelasan.
6. Cacat Las Kurang Penetrasi (Lack
of Penetration)
Cacat las jenis ini terjadi karena logam
las gagal mencapai root (akar) dari sambungan dan gagal menyambungkan
permukaan root secara menyeluruh. Hal ini disebabkan karena kesalahan
dalam memilih ukuran elektroda, arus listrik yang terlalu kecil, dan rancangan
sambungan yang kurang memadai. Kurang penetrasi sering dialami pada pengelasan
posisi vertikal dan overhead. Pada gambar berikut nampak logam las tidak
menutupi bagian bawah (akar) sambungan.
Gambar 3.27 Cacat Las
Kurang Penetrasi
Ø Penyebab Kurang Penetrasi
Cacat jenis
ini disebabkan antara lain oleh:
d.
Persiapan sambungan (groove) pada benda kerja
yang tebal kurang memadai atau bahkan tidak dilakukan.
e.
Heat input kurang besar.
f.
Teknik pengelasan kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan untuk menghindari kurangnya penetrasi antara lain:
d.
Pembuatan groove harus tepat di mana mampu
menyediakan akses pada bagian bawah sambungan.
e.
Tingkatkan arus listrik, bila perlu gunakan elektroda
yang lebih besar.
f.
Kontrol kondisi busur las, kurangi kecepatan
pengelasan.
2.
Cacat Las Difusi (Lack of Fusion)
Cacat
las ini terjadi karena logam las dan benda kerja gagal menyatu. Cacat jenis ini
bisa terjadi akibat benda kerja yang kurang panas atau permukaan benda kerja
yang kurang bersih.
Gambar 3.28 Cacat difusi
(Lack of Fusion)
Ø Penyebab cacat las difusi
Penyebabnya
antara lain:
d.
Heat input terlalu rendah.
e.
Benda kerja kotor.
f.
Teknik pengelasan kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan yakni:
e.
Tingkatkan arus listrik, bila perlu ganti dengan
ukuran elektroda yang lebih besar.
f.
Posisikan elektroda tepat pada sambungan.
g.
Kontrol sudut elektroda dengan tepat.
h.
Bersihkan benda kerja dari oli, minyak, embun,
kotoran, dan cat sebelum anda mengelas.
8. Slag Inclusion
Slag
inclusion adalah salah satu jenis cacat pada las. Slag inclusion merupakan
oksida dan benda non logam lainnya yang terjebak pada logam las. Slag
inclusion bisa disebabkan oleh kontaminasi dari udara luar atau slag
yang kurang bersih ketika mengelas dengan banyak lapisan (multi pass).
Gambar 3.29 Slag
Inclusions
Ø Penyebab Slag Inclusion
Slag
inclusion disebabkan oleh benda kerja yang kotor.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu bersihkan terlebih dahulu slag yang menempel
sebelum mengelas pada lapisan di atasnya dengan cara di amplas atau digerinda
terlebih dahuku.
9. Porosity
Porosity adalah
salah satu jenis cacat pada las. Porosity merupakan sekelompok gelembung
gas yang terjebak di dalam lasan. Porosity bisa terjadi karena proses
pemadatan yang terlalu cepat. Porosity berupa rongga-rongga kecil
berbentuk bola yang mengelompok pada lokasi-lokasi lasan. Terkadang terjadi
rongga besar berbentuk bola yang tunggal atau tidak mengelompok. Rongga besar
tersebut adalah blow hole.
Gambar 3.30 Porosity
Ø Penyebab Porosity
Porosity dapat
terjadi akibat:
d.
Arc length terlalu panjang.
e.
Benda kerja kotor.
f.
Elektroda basah/lembab.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan supaya tidak terjadi porosity antara lain:
d.
Jaga arc length selalu tepat.
e.
Bersihkan benda kerja dari minyak, oli, cat, debu,
lapisan, slag, embun, dan kotoran sebelum melakukan pengelasan.
f.
Gunakan elektroda yang kering.
10. Retak (CRACK)
Retak
adalah salah satu dari beberapa jenis cacat las. Retak merupakan putusnya benda
kerja akibat tegangan. Retakan sering terjadi pada lasan maupun bagian benda
kerja yang dekat dengan lasan. Retakan yang sering terjadi berupa retakan yang
sangat sempit, walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi retakan yang luas.
Retakan dibagi dalam tiga jenis yakni: retakan panas, retakan dingin, dan macrofissure.
Gambar 3.31 Retak pada
Lasan
11. Undercutting
Undercut adalah
salah satu jenis cacat las. Undercut merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan sebuah alur (groove) benda kerja yang mencair dan
terletak pada tepi/kaki lasan (manik-manik las) di mana alur benda kerja yang
mencair tersebut tidak terisi oleh cairan las. Undercut menyebabkan slag
terjebak di dalam alur yang tidak terisi oleh cairan las.
Gambar 3.32 Undercut
3.6.3 Las
Brazing
Terdapat
bebrapa bagian yang dapat dianalisa dari hasil benda kerja diantaramya yaitu:
1. Distorsi Pada Pengelasan
Distorsi
(distortion) merupakan cacat las yang terjadi akibat kontraksi logam las
selama pengelasan yang mendorong/menarik benda kerja untuk bergerak.
Gambar 3.33 Distorsi
(Benda Kerja Menekuk ke Atas)
Ø Penyebab Distorsi
Distorsi
pada pengelasan terjadi karena Heat input yang terlalu besar.
Ø Solusi PencegahanAgar terhindar dari distorsi, anda dapat lakukan:
a.
Meningkatkan kecepatan pengelasan.Gunakan arus listrik
yang lebih kecil.
b.
Membuat tack weld. Las dalam segmen yang kecil,
tunggu hingga dingin kemudian lanjutkan las kembali.
2. Hasil alur lasan tidak rata
Manik-manik las kurang rapi terjadi ketika logam las
tidak sejajar dan tidak dapat mencakup sambungan yang dibentuk oleh benda
kerja. Selain itu, tinggi logam las yang berbeda (naik turun) juga menandakan
bahwa manik-manik las kurang rapi.
Gambar 3.34 Alur Las
yang Tidak Sejajar
Ø Penyebab Manik Las Kurang Rapi yaitu: Tangan welder yang
kurang stabil.
Ø Solusi Pencegahan yang dapat dilakukan: Gunakan dua tangan untuk menjaga
kestabilan dalam mengelas.
3. Spatter
berlebih
Spatter merupakan
bintik-bintik kecil logam las akibat cairan elektroda yang diteteskan berupa
semprotan (spray) atau percikat yang dihaslkan ketika proses pengelasan.
Gambar 3.35 Spatter
Ø Penyebab Spatter
Spatter disebabkan
oleh Arc length terlalu besar.
Ø Solusi Pencegahan
Hal yang
harus dilakukan supaya mencegah spatter yaitu Memperkecil arc length,
menjaga arc length selalu tepat.
4. Benda Kerja Berlubang
Lubang pada benda kerja terjadi
ketika logam las mencair hingga memakan benda kerja sampai tidak ada sisa lagi.
Gambar 3.36 Benda Kerja
yang Berlubang
Ø Penyebab Terbentuknya Lubang
Lubang terbentuk karena Heat input terlalu besar.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang bisa anda lakukan yaitu mengecilkan arus listrik, bila perlu gunakan
elektroda yang lebih kecil dan kecepatan pengelasanya ditingkatkan.
5. Penetrasi Berlebih
Cacat las jenis ini terjadi di mana
logam las mencair melewati tebal benda kerja dan menonjol pada bagian bawah
hasil pengelasan.
Gambar 3.37 Las yang
Mengalami Penetrasi Berlebih
Ø Penyebab Penetrasi Berlebih
Hal yang
menyebabkan penetrasi berlebih antara lain:
a.
Heat input yang terlalu besar.
b.
Teknik pengelasan yang kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
a.
Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain yaitu Kecilkan
arus listrik, jika perlu gunakan elektroda yang lebih kecil.
b.
Percepat kecepatan pengelasan.
6. Cacat Las Kurang Penetrasi (Lack
of Penetration)
Cacat las jenis ini terjadi karena
logam las gagal mencapai root (akar) dari sambungan dan gagal
menyambungkan permukaan root secara menyeluruh. Hal ini disebabkan
karena kesalahan dalam memilih ukuran elektroda, arus listrik yang terlalu
kecil, dan rancangan sambungan yang kurang memadai. Kurang penetrasi sering
dialami pada pengelasan posisi vertikal dan overhead. Pada gambar
berikut nampak logam las tidak menutupi bagian bawah (akar) sambungan.
Gambar 3.38 Cacat Las
Kurang Penetrasi
Ø Penyebab Kurang Penetrasi
Cacat jenis
ini disebabkan antara lain oleh:
a.
Persiapan sambungan (groove) pada benda kerja
yang tebal kurang memadai atau bahkan tidak dilakukan.
b. Heat
input kurang besar.
c. Teknik pengelasan kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan untuk menghindari kurangnya penetrasi antara lain:
a. Pembuatan groove
harus tepat di mana mampu menyediakan akses pada bagian bawah sambungan.
b. Tingkatkan
arus listrik, bila perlu gunakan elektroda yang lebih besar.
c. Kontrol kondisi busur las,
kurangi kecepatan pengelasan.
3.
Cacat Las Difusi (Lack of Fusion)
Cacat
las ini terjadi karena logam las dan benda kerja gagal menyatu. Cacat jenis ini
bisa terjadi akibat benda kerja yang kurang panas atau permukaan benda kerja
yang kurang bersih.
Gambar 3.39 Cacat difusi
(Lack of Fusion)
Ø Penyebab cacat las difusi
Penyebabnya
antara lain:
a. Heat input terlalu
rendah.
b. Benda kerja
kotor.
c. Teknik pengelasan kurang tepat.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan yakni:
a. Tingkatkan
arus listrik, bila perlu ganti dengan ukuran elektroda yang lebih besar.
b. Posisikan
elektroda tepat pada sambungan.
c. Kontrol
sudut elektroda dengan tepat.
d. Bersihkan
benda kerja dari oli, minyak, embun, kotoran, dan cat sebelum anda mengelas.
8. Slag Inclusion
Slag
inclusion adalah salah satu jenis cacat pada las. Slag inclusion merupakan
oksida dan benda non logam lainnya yang terjebak pada logam las. Slag
inclusion bisa disebabkan oleh kontaminasi dari udara luar atau slag
yang kurang bersih ketika mengelas dengan banyak lapisan (multi pass).
Gambar 3.40 Slag
Inclusions
Ø Penyebab Slag Inclusion
Slag
inclusion disebabkan oleh benda kerja yang kotor.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu bersihkan terlebih dahulu slag yang menempel
sebelum mengelas pada lapisan di atasnya dengan cara di amplas atau digerinda
terlebih dahuku.
9. Porosity
Porosity adalah
salah satu jenis cacat pada las. Porosity merupakan sekelompok gelembung
gas yang terjebak di dalam lasan. Porosity bisa terjadi karena proses
pemadatan yang terlalu cepat. Porosity berupa rongga-rongga kecil
berbentuk bola yang mengelompok pada lokasi-lokasi lasan. Terkadang terjadi
rongga besar berbentuk bola yang tunggal atau tidak mengelompok. Rongga besar
tersebut adalah blow hole.
Gambar 3.41 Porosity
Ø Penyebab Porosity
Porosity dapat
terjadi akibat:
a. Arc length terlalu
panjang.
b. Benda kerja kotor.
c. Elektroda
basah/lembab.
Ø Solusi Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan supaya tidak terjadi porosity antara lain:
a. Jaga arc
length selalu tepat.
b. Bersihkan
benda kerja dari minyak, oli, cat, debu, lapisan, slag, oksigen dan
kotoran sebelum melakukan pengelasan.
c. Gunakan elektroda yang kering.
10. Retak (crack)
Retak
adalah salah satu dari beberapa jenis cacat las. Retak merupakan putusnya benda
kerja akibat tegangan. Retakan sering terjadi pada lasan maupun bagian benda
kerja yang dekat dengan lasan. Retakan yang sering terjadi berupa retakan yang
sangat sempit, walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi retakan yang luas.
Retakan dibagi dalam tiga jenis yakni: retakan panas, retakan dingin, dan macrofissure.
Gambar 3.42 Retak pada
Lasan
11. Undercut
Undercut adalah
salah satu jenis cacat las. Undercut merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan sebuah alur (groove) benda kerja yang mencair dan
terletak pada tepi/kaki lasan (manik-manik las) di mana alur benda kerja yang
mencair tersebut tidak terisi oleh cairan las. Undercut menyebabkan slag
terjebak di dalam alur yang tidak terisi oleh cairan las.
Gambar 3.43 Undercut
BAB IV
PENUTUP
4.1.
KESIMPULAN
Dari seluruh hasil praktikum proses
produksi 2 yang telah kami laksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Dasar, maka
kami dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang telah kami kumpulkan dari
beberapa kali praktikum pengelasan tentang Pengenalan alat kerja bangku, kerja
plat, dan penyambungan logam. Yang di gunakan untuk mengetahui tentang tata
cara proses pembuatan produk. Yang dapat kami simpulkan diantaranya :
1.
Praktikan
dapat menerapkan dan mengaplikasikan teori tentang proses produksi yang telah
di pelajari sebelumnya, khususnya pengenalan alat bangku, kerja plat, dan
penyambungan logam. Contohnya pada proses penyambungan plat dan penyambungan
pipa.
2.
Pada
proses penyambungan plat dan penyambungan pipa di membutuhkan waktu yang cukup
dalam proses pengerjaan yang harus teliti agar memperoleh hasil yang maksimal,
karena pada proses pembuatan produk tersebut
bermacam-macam bentuk.
3.
Pada
proses penyambungan logam dan penyambungan pipa cenderung lebih banyak peralatan
yang digunakan seperti, mesin las, gerinda tangan, bor listrik, dll.
4.
Dari
keseluruhan praktikum baik menggunakan Las Listrik, Las Oxy Asetilin maupun Las
Brazing terdapat kekurangan dan kelebihannya dari masing – masing
pengelasannya. Juga terdapat kesulitan tersendiri pada masig masih jenis las
tersebut.
4.2. SARAN
Dalam
proses praktikum yang dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Dasar tentu saja
masih banyak kekurangan yang praktikan dapatkan, oleh sebab itu agar proses
praktikum dapat berjalan lebih baik lagi di masa mendatang, kami akan
memberikan beberapa saran yang bersifat membangun untuk kemajuan Laboratorium
Teknik Mesin Dasar, diantaranya :
1.
Untuk seluruh yang berkepentingan
menggunakan Lab teknik mesin dasar agar selelu menjaga Kebersihan laboratorium,
guna menjadikan laboratorium teknik mesin dasar yang aman dan nyaman untuk
kepentingan praktikum dan lainnya yng berhubungan dengan lab teknik mesin
dasar.
2.
Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan waktu yang tepat maka diperlukan alat-alat yang
lebih lengkap dan gunakan peralatan yang masih dalam kondisi baik.
3.
Guna
mengikuti perkembangan Teknologi Industri, diharapkan agar pihak yang berwenang
untuk selelu memperhatikan tempat praktikum, permesinan yang digunakan, proses
yang diperlukan dan semua penunjang praktikum yang mengikuti perkembangan
Teknologi Industri agar tidak tertinggal oleh teknologi masa kini.
DAFTAR PUSTAKA
·
Modul Praktikum
Proses Produksi Universitas Gunadarma (Semester Genap)
·
Ir. Suharto Teknologi Pengelasan Logam
LAMPIRAN
1.
Kartu Praktikum
2.
Kartu Rencana Studi (KRS)
3.
Laporan Mingguan